JAKARTA, KOMPAS.com - Sistem pemilihan umum secara terbuka dan tertutup masing-masing dinilai memiliki kelemahan. Wakil Ketua Komisi II DPR RI Ahmad Riza Patria mengusulkan adanya kombinasi antara sistem terbuka dan tertutup untuk pemilu yang akan datang.
"Ada beberapa partai usulkan tertutup. Namun, sebagian ingin tetap proporsional terbuka karna hak pilihan masyarakat. Nanti kemungkinan kita cari kombinasi tertutup dan terbuka," ujar Riza di Jakarta, Minggu (22/5/2016).
Riza mengatakan, cukup banyak partai yang menginginkan pemilu bersifat tertutup lantaran banyaknya kader "anak kemarin sore" yang justru banyak dipilih daripada kader yang sudah lama di partai dan lebih berpengalaman.
Penyebab dia terpilih antara lain karena politik uang dan dinasti pemerintahan.
"Petinggi partai puluhan tahun mengabdi, tahu-tahu orang nyelonong anak baru punya hak dipilih jadi caleg. Ini kan tanda tanya. Apakah berkualitas, elektabilitas, atau uang? Kalau orang terpilih karena uang gimana?" kata Riza.
Kelebihan sistem proporsional yakni membuka kesempatan bagi siapapun menjadi caleg. Namun, menjadi masalah jika siatem ini justru melahirkan calon-calon yang menarik simpati masyarakat dengan politik uang.
Dengan demikian, kader yang terpilih bukan karena pengalaman dan pengetahuannya, melainkan uang yang dia hamburkan.
"Hanya mengandalkan uang, hanya mengandalkan popularitas, ini salah satu problematika kita dalam pemilihan legislator," kata Riza.