Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

VIK, Ketika Internet Menyempurnakan Jurnalisme

Kompas.com - 29/02/2016, 07:12 WIB

KOMPAS.com - Jurnalisme di era digital tidak melulu dipahami sebagai aliran berita sepotong-sepotong, tapi justru selayaknya menghadirkan berita dalam bingkai konteks yang utuh dan memberi perspektif pada pembaca dalam sajian lengkap multimedia. Oleh karena itu, internet seyogianya tidak mematikan jurnalisme, tapi justru menyempurnakannya.

Demikian gagasan dasar Kompas melahirkan VIK (visual interaktif kompas). VIK adalah upaya Kompas mencari bentuk baru jurnalisme di era digital. VIK yang dapat dinikmati di url vik.kompas.com menyajikan reportase jurnalisme dalam bentuk multimedia (teks, foto, audio, video, dan infografis).

Baca: Kenapa VIK.kompas.com?

Bolehlah dibilang VIK merupakan perwujudan dari visi pendiri Kompas Jakob Oetama yang disampaikannya pada 2010 saat ulang tahun Harian Kompas ke-45.

Ia menyampaikan,"Kehadiran Kompas secara multimedia adalah niscaya dan mutlak. Bukan besok, tetapi hari ini. Kompas masa depan hadir secara multimedia."

Dalam perjalanannya yang panjang, Kompas kini hadir dalam tiga entitas. Ia tidak lagi hanya surat kabar (Harian Kompas), tapi juga online (Kompas.com) dan TV (Kompas TV).

Tiga entitas baru itu juga merupakan visi Jakob. Ia menyadari, perkembangan teknologi informasi telah mengubah perilaku masyarakat. Informasi tidak lagi diperoleh hanya dalam wahana kertas, tapi juga melalui medium-medium baru digital.

"Konten Kompas harus bisa dibaca melalui segala wahana (kertas, komputer, televisi, mobile phone, dan lain-lain). Bentuk konten yang akan di-deliver ke berbagai jenis media tidak hanya berupa teks dan foto, tetapi juga grafis, video, atau gabungan dari semuanya," ujar Jakob pada 2010.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO Chairman Kompas Gramedia Jakob Oetama memberikan sambutan saat peresmian New Media Tower Universitas Multimedia Nusantara di Gading Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (8/9/2012).

Selanjutnya, meski bentuk medianya berubah, jurnalisme yang baik tetap tidak boleh berubah. Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho mengatakan, jurnalisme harus mampu memberikan makna atas rangkaian peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat.

"VIK tidak hanya soal tampilan, tapi juga menyajikan kedalaman arti dan perspektif terhadap suatu peristiwa. Kalau dulu Kompas hadir memberikan makna dalam bentuk teks, kini hadir dalam spektrum yang lebih luas, multimedia," kata dia.

Direktur Utama Kompas.com Andy Budiman menambahkan, VIK merupakan kontribusi Kompas bagi perkembangan jurnalisme di tanah air.

"Banjir informasi di era digital yang berseliweran di timeline media sosial kita kerap kali membuat kita gagap dalam memahami the truth. Nah, media harus memberi jawab dengan kredibilitas informasi yang disajikannya. Sajian multimedia adalah cara Kompas menyajikan the truth dalam sebuah genre baru jurnalisme," kata Andy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Nasional
Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com