Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinonaktifkan dari MKD, Akbar Faizal Duga Ada Skenario Amankan Novanto

Kompas.com - 16/12/2015, 14:45 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Mahkamah Kehormatan Dewan, Akbar Faizal, menduga, ada skenario untuk mengamankan kasus dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan Ketua DPR Setya Novanto. Dugaan tersebut muncul setelah dirinya dinonaktifkan dari keanggotaan MKD.

Penonaktifan tersebut dilakukan menjelang rapat pleno tertutup MKD, yang mengagendakan konsinyasi untuk membahas putusan Novanto.

Surat keputusan penonaktifan Akbar sebagai anggota MKD ditandatangani oleh Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. (Baca: Jelang Putusan Novanto, Akbar Faizal Dinonaktifkan sebagai Anggota MKD)

"Ini semacam ada setting-an untuk menciptakan minimal seri kalau voting terjadi," kata Akbar di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (16/12/2015).

Untuk diketahui, jumlah anggota MKD ada 17 orang. Jika Akbar dinonaktifkan tanpa pergantian anggota dari Fraksi Nasdem, anggota MKD yang tersisa tinggal 16 orang.

Akbar dinonaktifkan menyusul adanya laporan dari anggota MKD dari Fraksi Golkar, Ridwan Bae, ke MKD. (Baca: Fahri Hamzah: Publik Mana, Pak Jokowi? Warga NTT Tak Setuju Novanto Dihukum)

Ia diduga telah membocorkan materi persidangan tertutup yang sebelumnya digelar MKD. Atas dasar laporan tersebut, Akbar balik melaporkan Ridwan ke MKD.

Ridwan diduga telah melakukan pelanggaran etik lantaran hadir saat jumpa pers yang diselenggarakan Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan, Jumat (11/12/2015). (Baca: Sudding Sebut Fahri Hamzah Pakai "Jurus Mabuk" Nonaktifkan Akbar Faizal dari MKD)

Selain Ridwan, Akbar juga melaporkan dua anggota MKD lainnya, yakni Kahar Muzakir dan Adies Kadir. Keduanya dilaporkan atas tuduhan yang sama.

Menurut Akbar, pimpinan DPR seharusnya juga menonaktifkan ketiganya. Namun, laporannya belum diproses. (Baca: Akbar Faizal Nilai Novanto Langgar Kode Etik Berat)

"Kalau menurut logika, seharusnya ketiga orang itu tidak bisa ikut sidang. Tetapi, apa yang dipertontonkan sekarang justru sebuah tontonan yang memalukan," kata dia.

Akbar menegaskan, dia akan tetap masuk ke dalam ruang sidang untuk memantau jalannya pengambilan keputusan. Bahkan, ia juga akan meminta agar rapat pleno yang semula tertutup dilangsungkan secara terbuka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lewat Ajudannya, SYL Minta Anak Buahnya di Kementan Sediakan Mobil Negara Dipakai Cucunya

Lewat Ajudannya, SYL Minta Anak Buahnya di Kementan Sediakan Mobil Negara Dipakai Cucunya

Nasional
KPK Duga Eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin Terima Fasilitas di Rutan Usai Bayar Pungli

KPK Duga Eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin Terima Fasilitas di Rutan Usai Bayar Pungli

Nasional
Desta Batal Hadir Sidang Perdana Dugaan Asusila Ketua KPU

Desta Batal Hadir Sidang Perdana Dugaan Asusila Ketua KPU

Nasional
Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Kemenkes Sebut Skrining Ketat Tak Dilakukan Sementara Ini

Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Kemenkes Sebut Skrining Ketat Tak Dilakukan Sementara Ini

Nasional
DKPP Akan Panggil Sekjen KPU soal Hasyim Asy'ari Pakai Fasilitas Jabatan untuk Goda PPLN

DKPP Akan Panggil Sekjen KPU soal Hasyim Asy'ari Pakai Fasilitas Jabatan untuk Goda PPLN

Nasional
Menhub Usul Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Masuk PSN

Menhub Usul Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Masuk PSN

Nasional
SYL Diduga Minta Uang ke Para Pegawai Kementan untuk Bayar THR Sopir hingga ART

SYL Diduga Minta Uang ke Para Pegawai Kementan untuk Bayar THR Sopir hingga ART

Nasional
Delegasi DPR RI Kunjungi Swedia Terkait Program Makan Siang Gratis

Delegasi DPR RI Kunjungi Swedia Terkait Program Makan Siang Gratis

Nasional
Hari Ke-11 Penerbangan Haji Indonesia, 7.2481 Jemaah Tiba di Madinah, 8 Wafat

Hari Ke-11 Penerbangan Haji Indonesia, 7.2481 Jemaah Tiba di Madinah, 8 Wafat

Nasional
Ketua KPU Protes Aduan Asusila Jadi Konsumsi Publik, Ungkit Konsekuensi Hukum

Ketua KPU Protes Aduan Asusila Jadi Konsumsi Publik, Ungkit Konsekuensi Hukum

Nasional
Sindir Bobby, PDI-P: Ada yang Gabung Partai karena Idealisme, Ada karena Kepentingan Praktis Kekuasaan

Sindir Bobby, PDI-P: Ada yang Gabung Partai karena Idealisme, Ada karena Kepentingan Praktis Kekuasaan

Nasional
Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi, Kilas Balik 'Cicak Vs Buaya Jilid 2'

Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi, Kilas Balik "Cicak Vs Buaya Jilid 2"

Nasional
JK Singgung IKN, Proyek Tiba-tiba yang Tak Ada di Janji Kampanye Jokowi

JK Singgung IKN, Proyek Tiba-tiba yang Tak Ada di Janji Kampanye Jokowi

Nasional
Soal Peluang Ahok Maju Pilkada DKI atau Sumut, Sekjen PDI-P: Belum Dibahas, tetapi Kepemimpinannya Diakui

Soal Peluang Ahok Maju Pilkada DKI atau Sumut, Sekjen PDI-P: Belum Dibahas, tetapi Kepemimpinannya Diakui

Nasional
Dukung Jokowi Gabung Parpol, Projo: Terlalu Muda untuk Pensiun ...

Dukung Jokowi Gabung Parpol, Projo: Terlalu Muda untuk Pensiun ...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com