JAKARTA, KOMPAS.com - Artikel tentang kebesaran hati Megawati Soekarnoputri yang pada Pemilu Presiden 2024 menerima kekalahan dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi pemberitaan yang paling banyak dibaca di Kompas.com pada Minggu (3/3/2024).
Kemudian, tulisan soal lonjakan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Sirekap miliki Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga menarik minat pembaca.
Selain itu, artikel mengenai puja-puji Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) terhadap pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara juga menjadi terpopuler.
Berikut ulasan selengkapnya.
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri disebut menerima kekalahan dalam pemilihan presiden (pilpres) 2004. Megawati yang kala itu menggandeng Hasyim Muzadi kalah melawan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) di putaran kedua pilpres.
Usai pengumuman hasil pilpres oleh Komisi Pemilihan Umum, ketua Mahkamah Konstitusi saat itu Jimly Asshiddiqie datang ke Istana. Jimly menemui Presiden Megawati untuk menyampaikan aturan MK jika ingin mengajukan gugatan sengketa pilpres.
"Saya ketemu sama presiden (saat itu Megawati), dia didampingi Sekretaris Negara Bambang Kesowo, saya bawa aturan menjelaskan undang-undang MK," kata Jimly dalam acara Gaspol! Kompas.com, Sabtu (2/3/2024).
Baca selengkapnya: Cerita Jimly soal Kebesaran Hati Megawati, Terima Kekalahan Lawan SBY dan Tak Gugat ke MK
Perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) meroket tajam hanya dalam kurun waktu tiga hari berdasar pada hasil hitung manual atau real count Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Lonjakan suara PSI tercatat dalam sistem informasi rekapitulasi KPU yang dapat diakses publik di situs https://pemilu2024.kpu.go.id/.
Awalnya, partai berlambang bunga mawar itu masih meraup 2,86 persen atau 2.171.907 suara pada Kamis (29/2/2024) pukul 10.00 WIB. Namun, suara PSI melonjak menjadi 3,13 persen atau 2.402.268 suara pada Sabtu (2/3/2024) pukul 15.00 WIB.
Baca selengkapnya: Lonjakan Suara PSI dan Penjelasan KPU yang Tidak Lugas
Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dinilai rela meninggalkan pendukungnya demi kepentingan politik.
Hal ini disampaikan Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menanggapi perubahan sikap AHY berkait kebijakan pemerintahan. Adapun perubahan sikap terjadi usai AHY ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN).
"Pendukung ditinggalkan, yang utama kepentingan elite tersalurkan, pendukung Demokrat jelas anti-Jokowi," kata Adi Prayitno kepada Kompas.com, Minggu (3/3/2024).
Baca selengkapnya: Puja-puji IKN, AHY Dinilai Rela Tinggalkan Pendukung
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.