JAKARTA, KOMPAS.com - PDI Perjuangan dan Joko Widodo punya sejarah panjang di panggung politik. Putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka; dan menantu Jokowi, Bobby Nasution, juga menorehkan jejak politik bersama partai banteng.
Sedikitnya, PDI-P telah menyertai Jokowi dan keluarga dalam lima kali pemilihan kepala daerah (pilkada) dan dua kali pemilu presiden (pilpres).
Pilkada Surakarta 2005 menjadi debut kebersamaan Jokowi dan PDI-P di pentas politik. Saat itu, partai banteng memberikan kepercayaan kepada Jokowi dan FX Hadi Rudyatmo untuk berkontestasi sebagai calon wali kota dan calon wakil wali kota.
Meski baru menjajal kancah politik, ternyata, Jokowi yang sebelumnya dikenal sebagai pengusaha kayu, berhasil menumbangkan tiga pasangan calon pesaingnya, termasuk petahana, Slamet Suryanto.
Kala itu, Jokowi dan Rudy yang hanya diusung oleh PDI-P berhasil mengantongi 36,62 persen suara. Jokowi dan Rudy pun dilantik sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surakarta masa jabatan 2005-2010.
Kehadiran Jokowi sebagai pimpinan Kota Solo memberikan warna baru. Popularitasnya kala itu melesat dengan cepat, salah satunya karena kegemaran Jokowi “blusukan” ke pasar, jalanan, atau perkampungan.
Baca juga: Sekjen PDI-P Beberkan Jokowi-Megawati Sempat Bertemu dan Sepakat Calonkan Ganjar
Capaian tersebut dimanfaatkan oleh Jokowi, tentunya bersama PDI-P, untuk kembali mencalonkan diri sebagai Wali Kota Surakarta pada Pilkada 2010. Lagi-lagi, PDI-P menduetkan Jokowi dengan FX Hadi Rudyatmo.
Tak seperti pilkada sebelumnya di mana Jokowi dan Rudy berhadapan dengan tiga pasangan calon lain, pada Pilkada Solo 2010, hanya ada dua pasangan calon yang berlaga. Jokowi-Rudy berhadapan dengan Eddy Wirabhumi dan Supradi Kertamenawi yang diusung oleh Partai Demokrat, Golkar, dan Hanura.
Rupanya, Jokowi-Rudy kembali meraih kemenangan. Keduanya unggul telak dari lawan, mengantongi 90,09 persen dukungan masyarakat Surakarta.
Jokowi dan Rudy pun kembali duduk di kursi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surakarta. Sedianya, jabatan itu diemban keduanya hingga 2015.
Namun, baru dua tahun menjabat, Jokowi yang popularitasnya terus menanjak, diutus oleh PDI-P untuk berlaga di gelanggang Pilkada DKI Jakarta 2012. Saat itu, Jokowi dipasangkan dengan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang sebelumnya dikenal sebagai anggota DPR RI dan Bupati Belitung Timur periode 2005-2006.
PDI-P yang berkoalisi dengan Partai Gerindra pun sukses mengantarkan Jokowi-Ahok sebagai pemenang Pilkada DKI Jakarta 2012. Keduanya mengantongi 53,82 persen suara.
Baca juga: Jokowi di Antara Ujian Netralitas dan Keinginan Cawe-cawe Pilpres 2024
Perolehan suara tersebut mengungguli petahana sekaligus pesaing tunggal Jokowi-Ahok, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Kala itu, Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli yang diusung oleh Partai Demokrat dan sejumlah partai lainnya mendulang 46,18 persen suara.
Jokowi dan Ahok lantas dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017. Namun, lagi-lagi. Jokowi tak menuntaskan masa jabatannya sebagai kepala daerah.
Baru 2 tahun menjabat sebagai DKI-1, Jokowi ditugaskan PDI-P untuk maju ke panggung Pemilu Presiden (Pilpres) 2014. Kala itu, Jokowi mengaku mendapat kepercayaan langsung dari Megawati Soekarnoputri sebagai pimpinan tertinggi PDI-P.