Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Tumbuh 5,01 Persen, Menkeu: Belum Sembuh tapi Sudah Membaik

Kompas.com - 11/05/2022, 21:35 WIB
Ardito Ramadhan,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01 persen pada kuartal pertama 2022 menandakan situasi ekonomi Indonesia belum sepenuhnya sembuh dari dampak pandemi Covid-19, meski sudah mulai membaik.

Pasalnya, meski jumlahnya turun dibandingkan kuartal sebelumnya, tingkat pengangguran di Indonesia masih berada di angka 5,8 persen, lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 yang sebesar 4,9 persen.

"Jadi kalau Anda mengatakan belum sepenuhnya sembuh, betul, tapi bahwa kita sudah mulai membaik juga betul karena semuanya proses pemulihan ekonomi itu memang berjalan dengan program-program yang dilakukan pemerintah," kata Sri Mulyani di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (11/5/2022).

Baca juga: Sri Mulyani Sebut Belanja Pemerintah Bakal Akseleratif di Kuartal II-2022

Sri Mulyani menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut ditopang oleh konsumsi investasi sebesar 4,1 persen yang menurutnya belum cukup untuk membuka lapangan kerja.

"Angkatan kerja itu naiknya 4,2 juta, sebagian terserap oleh kesempatan kerja yang tercipta baru, kita harus bisa menciptakan kesempatan kerja lebih banyak," kata Sri Mulyani.

Di samping itu, kata dia, pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh konsumsi rumah tangga di Indonesia yang tumbuh 4,34 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut Sri Mulyani, hal itu merupakan buah dari kebijakan pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19 sehingga masyarakat kini lebih leluasa beraktivitas.

"Kalau jumlah Covid-nya menurun, kita bisa lihat masyarakat mulai melakukan kegiatan, dan itu artinya seperti kemarin 84 juta masyarakat mudik pasti menimbulkan kegiatan ekonomi," kata Sri Mulyani.

Baca juga: Cerita Sri Mulyani Sempat Terpapar Covid-19 di Amerika Serikat

Oleh karena itu, ia menegaskan, kasus Covid-19 yang melandai harus dijaga agar tetap rendah agar pemulihan ekonomi dapat terus berjalan.

Kendati demikian, ia menyebutkan ada tantangan baru yang harus dihadapi yakni inflasi yang terjadi di seluruh dunia.

Sri Mulyani mengatakan, hal itu disebabkan oleh permintaan komoditas yang melonjak menyusul pulihnya ekonomi di negara-negara maju yang tidak diikuti ketersediaan pasokan serta perang di Ukraina yang menghambat suplai energi dan pangan.

"(Inflasi di) Indonesia masih 3,5 persen kemarin disampaikan oleh BPS. Namun kita waspada beberapa barang terutama barang makanan tadi yang mengenai stunting harus kita waspadai," kata Sri Mulyani.

Ia menambahkan, tingginya inflasi juga akan mendorong adanya kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga yang akan mengerem pemulihan ekonomi.

"Jadi poin saya tadi, PR kita masih ada yang harus kita selesaikan dan muncul tantangan baru," kata dia.

Baca juga: Sri Mulyani: Ketimpangan Gender di Indonesia Masih Cukup Besar

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2022 mengalami pertumbuhan sebesar 5,01 persen secara tahunan atau year on year (year on year/yoy).

Pertumbuhan di atas 5 persen ini meneruskan pertumbuhan pada kuartal IV-2021 yang sebesar 5,02 persen.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, realisasi itu selaras dengan mulai pulihnya mobilitas masyarakat, yang kemudian berpengaruh positif pada kegiatan produksi, konsumsi, dan investasi.

Selain karena pulihnya aktivitas masyarakat, tingginya pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal pertama tahun ini disebabkan oleh rendahnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun lalu atau low base effect.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com