Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi Ajukan Kontra Memori Banding atas Banding Jokowi pada Kasus Polusi Udara

Kompas.com - 17/01/2022, 15:07 WIB
Tatang Guritno,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Koalisi Ibukota mendatangi Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat untuk mendaftarkan kontra memori banding atas pengajuan banding yang dilakukan Presiden Joko Widodo terkait gugatan polusi udara di DKI Jakarta.

Adapun Koalisi Ibukota berisi 32 warga penggugat dan para kuasa hukumnya.

“Hari ini tim advokasi mendaftarkan kontra memori banding terhadap memori banding yang dilayangkan oleh Presiden, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Kesehatan,” sebut anggota Koalisi Ibukota Jeanny Sirait di PN Jakarta Pusat, Senin (17/1/2022).

Ia menjelaskan, kontra memori banding bertujuan agar majelis hakim Pengadilan Tinggi (PT) DKI Jakarta menguatkan putusan pengadilan di tingkat pertama.

“Tim advokasi dan penggugat berharap PT DKI Jakarta dapat menguatkan pertimbangan hukum majelis hakim tingkat pertama dan kembali memenangkan warga dalam mendapatkan hak atas udara bersih,” tuturnya.

Baca juga: Jokowi Banding Putusan soal Polusi Udara, Stafsus Mensesneg: Bukan untuk Hindari Komitmen Jaga Lingkungan

Diketahui majelis hakim PN Jakarta Pusat menyatakan lima pejabat negara, yaitu Presiden Joko Widodo, Menteri LHK, Menkes, Mendagri, dan Gubernur DKI Jakarta bersalah terkait pencemaran udara di DKI Jakarta.

Vonis itu diputuskan pada 16 September 2021.

Namun, Jokowi bersama tiga menterinya mengajukan banding, sedangkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan menerima putusan tersebut.

“Putusan yang diambil oleh PT DKI Jakarta diharapkan memiliki persektif publik, diarahkan ada pemenuhan hak atas kesehatan bagi warga DKI Jakarta dan didasarkan pada fakta-fakta yang nyata proses persidangan di tingkat pertama,” kata Jeanny.

Terakhir, Jeanny menyampaikan bahwa Koalisi Ibukota merasa kecewa dengan upaya banding yang diajukan Jokowi dan ketiga menterinya.

Dalam pandangannya, meski upaya banding merupakan tindakan hukum yang sah, hal itu justru memperpanjang proses hukum yang ada.

Baca juga: Divonis Bersalah atas Polusi Udara, Jokowi Banding, Anies Menerima

Instead, keras-kerasan kepala. Kenapa tidak memilih mengambil langkah perbaikan demi kepentingan warga?” imbuh dia.

Diketahui dengan vonis bersalah itu majelis hakim menghukum Jokowi untuk mengetatkan baku mutu udara ambien nasional yang cukup melindungi kesehatan manusia, lingkungan, dan ekosistem.

Sedangkan Menteri LHK diminta untuk melakukan supervisi pada Gubernur DKI Jakarta, Gubernur Banten, dan Gubernur Jawa Barat dalam melakukan inventarisasi emisi lintas batas ketiga provinsi.

Menteri Kesehatan diwajibkan oleh majelis hakim untuk melakukan pengawasan dan pembinaan kinerja Gubernur DKI Jakarta dalam pengendalian pencemaran udara.

Kemudian, majelis hakim menghukum Mendagri untuk melakukan penghitungan penurunan dampak kesehatan akibat pencemaran udara di DKI Jakarta yang perlu dicapai.

Terakhir, Gubernur DKI Jakarta diharuskan untuk mengawasi ketaatan warga pada ketentuan perundang-undangan terkait pengendalian pencemaran udara dan ketentuan dokumen lingkungan hidup.

Baca juga: Terima Putusan Polusi Udara Saat Jokowi Banding, Anies Dinilai Akan Sulit Kerja Sendirian

Gubernur DKI Jakarta juga harus memberikan sanksi untuk warga yang melanggar ketentuan tersebut dan menyebarkan informasi tentang pengawasan dan pemberian sanksi itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Nasional
Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasional
Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Nasional
KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

Nasional
Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis 'Pernah', Apa Maknanya?

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis "Pernah", Apa Maknanya?

Nasional
Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Nasional
Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apa Pun

Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apa Pun

Nasional
Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Nasional
Menlu Sebut Judi 'Online' Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Menlu Sebut Judi "Online" Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Nasional
PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi 'Effect'

PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi "Effect"

Nasional
Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Nasional
Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Nasional
Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com