JAKARTA, KOMPAS.com - Dewas Pengawas (Dewas) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan, laporan dugaan pelanggaran etik yang masuk akan diproses sesuai standar operasional prosedur (SOP) dan Peraturan Dewas (Perdewas).
Anggota Dewas KPK, Albertina Ho mangatakan, dugaan pelanggaran etik Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Siregar akan diketahui tindak lanjutnya setelah melalui proses SOP.
Adapun Lili diduga melanggar etik berupa komunikasi dengan salah satu kontestan Pilkada Serentak 2020 di Kabupaten Labura bernama Darno.
“Semuanya diatur dalam SOP dan Perdewas, jadi sabar ya, supaya semua berproses sesuai mekanisme yang ada,” ujar Albertina kepada Kompas.com, Selasa (26/10/2021).
Baca juga: Dewas Diminta Segera Investigasi Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Lili Pintauli
Kendati demikian, Albertina enggan menyebut bahwa tindak lanjut terhadap laporan dugaan pelanggaran etik Lili itu diproses atau ditolak Dewas.
“Semua laporan yang masuk akan diproses sesuai dengan SOP dan Perdewas yang berlaku, setelah itu baru diketahui hasilnya,” ucap dia.
Pernyataan berbeda disampaikan Anggota Dewas KPK lainnya, Syamsuddin Haris. Dia menilai, laporan yang dilayangkan mantan penyidik KPK Novel Baswedan dan Rizka Anungnata terhadap Lili masih sumir.
Dalam laporan dugaan etik yang diterima Dewas, menurut dia, tidak dijelaskan secara rinci pelanggaran etik apa yang dilakukan Wakil Ketua KPK itu.
"Laporan pengaduan baru diterima Dewas. Tapi materi laporan sumir. Perbuatan LPS (Lili Pintauli Siregar) yang diduga melanggar etik tidak dijelaskan apa saja," ujar Syamsuddin, melalui keterangan tertulis, Jumat (22/10/2021).
"Setiap laporan pengaduan dugaan pelanggaran etik oleh insan KPK harus jelas apa fakta perbuatannya, kapan dilakukan, siapa saksinya, apa bukti-bukti awalnya," kata dia.
Menurut Syamsuddin, jika Lili Pintauli diduga melakukan pelanggaran etik berupa komunikasi dengan kontestan Pilkada 2020 di Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), maka pelapor harus menjelaskan isi komunikasi apa yang diduga melanggar etik tersebut.
"Semua laporan pengaduan dugaan pelanggaran etik yang masih sumir, tentu tidak akan ditindaklanjuti oleh Dewas," ucap dia.
Novel dan Rizka mengetahui dugaan pelanggaran etik Lili Pintauli langsung dari mantan Bupati Labuhanbatu Utara, Khairuddin Syah Sitorus.
Keduanya merupakan penyidik kasus dugaan suap terkait pengurusan Dana Alokasi Khusus (DAK) APBN-P 2017 dan APBN 2018 untuk Kabupaten Labuanbatu Utara yang kala itu menjerat Khairuddin.
Menurut Novel, ada permintaan dari Darno saat bertemu dengan Lili selaku Komisioner KPK untuk mempercepat eksekusi penahanan Bupati Labura yang saat itu menjadi tersangka di KPK sebelum Pilkada Serentak 2020 dimulai.