Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Ekstrem, BMKG Prediksi Es di Puncak Jaya Papua Akan Habis pada 2025

Kompas.com - 22/03/2021, 19:17 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut, terjadi penyusutan gunung es di puncak Jaya, Gunung Jayawijaya, Papua secara signifikan.

Bahkan, ia memprediksi bahwa pada 2025 gunung es yang ada di puncak Jaya akan habis, jika kondisi penyusutan terus terjadi.

"Saat ini, saat penelitian tersebut di tahun 2021, penyusutan ketebalan es di puncak Jayawijaya telah mencapai 23,46 meter. Nah, ini padahal tahun 2010, ketebalannya 31,49 meter," kata Dwikorita dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi V DPR dan Badan SAR Nasional, Senin (22/3/2021).

Ia menjelaskan, pada Juni 2010, ketebalan es di puncak Jaya mencapai 31,49 meter. Kemudian, ketebalan es berkurang 5,26 meter dari 2010-2015 dengan rata-rata penyusutan 1,05 meter per tahun.

Dwikorita mengatakan, apabila tidak ada yang menindaklanjutinya, kondisi tersebut bisa semakin parah. Bahkan, ketebalan es di puncak berketinggian 4.884 mdpl itu akan habis.

Baca juga: BMKG: Awal Musim Kemarau Diprediksi Mulai Mei dan Juni 2021

Pada kesempatan tersebut, Dwikorita menegaskan bahwa penyusutan ketebalan es itu diakibatkan karena adanya perubahan iklim global yang dirasakan dampaknya di Indonesia.

Tak hanya ketebalan es Gunung Jayawijaya yang diprediksi hilang, ia juga memprediksi bahwa akan terjadi kenaikan temperatur hingga mencapai 4 derajat celsius di akhir abad ke-21.

"Padahal peringatan dunia, tidak boleh melampaui 2 derajat celsius kenaikannya. Dan itulah yang mengakibatkan sering terjadinya cuaca ekstrem, karena suhunya semakin panas," jelasnya.

Menurutnya, kondisi cuaca ekstrem ini diakibatkan dari adanya efek gas rumah kaca yang semakin tak terkendali.

Adapun gas rumah kaca, kata dia, banyak dihasilkan dari industri transportasi yang menggunakan bahan bakar fosil.

"Ini kalau tanpa pengendalian, atau hanya seperti saat ini, maka dari grafik ini menunjukkan, hampir di seluruh pulau di Indonesia, sampai akhir abad ke-21, kenaikan suhu dapat mencapai hampir 4 derajat celsius," ungkapnya.

Baca juga: BMKG Imbau Penerbangan Waspada Potensi Awan Cumulonimbus 20-26 Maret

Untuk itu, ia berharap emisi gas rumah kaca dapat diminimalisasi oleh semua pihak. Apabila hal tersebut dilakukan, maka kurva kenaikan temperatur akan melandai.

Ia mendorong Komisi V DPR untuk membuat program yang sistematis guna mengerem kenaikan suhu. Hal tersebut dinilainya perlu dilakukan untuk mengendalikan efek gas rumah kaca.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komnas Haji Minta Masyarakat Tak Mudah Tergiur Tawaran Haji Instan

Komnas Haji Minta Masyarakat Tak Mudah Tergiur Tawaran Haji Instan

Nasional
Libur Panjang, Korlantas Catat Peningkatan Arus Lalu Lintas

Libur Panjang, Korlantas Catat Peningkatan Arus Lalu Lintas

Nasional
DKPP Terima 233 Pengaduan Pemilu dalam 4 Bulan Terakhir

DKPP Terima 233 Pengaduan Pemilu dalam 4 Bulan Terakhir

Nasional
Prabowo: Beri Kami Waktu 4 Tahun untuk Buktikan ke Rakyat yang Tak Pilih Kita

Prabowo: Beri Kami Waktu 4 Tahun untuk Buktikan ke Rakyat yang Tak Pilih Kita

Nasional
Yusril: Penambahan Kementerian Prabowo Bukan Bagi-bagi Kekuasaan, Tak Perlu Disebut Pemborosan

Yusril: Penambahan Kementerian Prabowo Bukan Bagi-bagi Kekuasaan, Tak Perlu Disebut Pemborosan

Nasional
BPK di Pusara Sejumlah Kasus Korupsi...

BPK di Pusara Sejumlah Kasus Korupsi...

Nasional
Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Diisi Orang Politik

Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Diisi Orang Politik

Nasional
Pilkada 2024, Belum Ada Calon Perseorangan Serahkan KTP Dukungan ke KPU

Pilkada 2024, Belum Ada Calon Perseorangan Serahkan KTP Dukungan ke KPU

Nasional
Ada Jalur Independen, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Gubernur Nonpartai?

Ada Jalur Independen, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Gubernur Nonpartai?

Nasional
PPP: RUU Kementerian Negara Masuk Prolegnas, tetapi Belum Ada Rencana Pembahasan

PPP: RUU Kementerian Negara Masuk Prolegnas, tetapi Belum Ada Rencana Pembahasan

Nasional
Latihan Gabungan, Kapal Perang TNI AL Tenggelamkan Sasaran dengan Rudal Khusus hingga Torpedo

Latihan Gabungan, Kapal Perang TNI AL Tenggelamkan Sasaran dengan Rudal Khusus hingga Torpedo

Nasional
Menag Cek Persiapan Dapur dan Hotel di Madinah untuk Jemaah Indonesia

Menag Cek Persiapan Dapur dan Hotel di Madinah untuk Jemaah Indonesia

Nasional
 Melalui Platform SIMPHONI, Kemenkominfo Gencarkan Pembinaan Pegawai dengan Pola Kolaboratif

Melalui Platform SIMPHONI, Kemenkominfo Gencarkan Pembinaan Pegawai dengan Pola Kolaboratif

Nasional
PPP Anggap Wacana Tambah Menteri Sah-sah Saja, tapi Harus Revisi UU

PPP Anggap Wacana Tambah Menteri Sah-sah Saja, tapi Harus Revisi UU

Nasional
Eks KSAU Ungkap 3 Tantangan Terkait Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Eks KSAU Ungkap 3 Tantangan Terkait Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com