Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusuh di Tamansari, Dua Personel Polda Jabar Diduga Langgar Disiplin

Kompas.com - 17/12/2019, 16:23 WIB
Devina Halim,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dua personel Polda Jawa Barat diduga melanggar aturan disiplin ketika peristiwa rusuh di permukiman warga Tamansari, Kota Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Secara keseluruhan, Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Jawa Barat telah memeriksa 62 personel terkait rusuh tersebut.

"Dua di antara 62 (personel) ini diduga keras melakukan tindakan melanggar disiplin pada saat melakukan kegiatan pengamanan penggusuran tersebut," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes (Pol) Asep Adi Saputra di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (17/12/2019).

Baca juga: Sudah Tahu Kronologi Penggusuran di Tamansari, Mahfud MD: Siapa Pun Tak Boleh Langgar Hukum

Meski demikian, Asep tidak mau mengungkapkan apa jenis pelanggaran disiplin yang dilakukan dua personel Polda Jabar itu. Sebab, Propam masih terus melakukan pendalaman.

"Keterlibatan yang lebih spesifiknya saat ini, masih terus didalami oleh Dit Propam Polda Jawa Barat," tutur dia.

Sebelumnya, beredar sebuah video di sosial media yang memperlihatkan para polisi memukul warga saat mengamankan penggusuran rumah warga di Tamansari, Bandung, Jawa Barat.

Seperti dikutip dari Tribunnews.com, lebih dari sepuluh orang ditangkap pihak kepolisian saat kericuhan di Kawasan Tamansari, Kota Bandung, Kamis (12/12/2019) siang.

Mereka ditangkap pihak kepolisian setelah disisir di dekat lokasi penggusuran rumah warga.

Warga yang ditangkap rata-rata mengenakan pakaian hitam dan di bawah matanya diolesi krim putih menyerupai pasta gigi.

Aparat kepolisian melakukan penyisiran hingga ke dalam pertokoan Balubur Town Square (Baltos) Bandung.

Baca juga: Cerita Anggota Satpol PP, Trauma Dikeroyok Saat Rusuh Penggusuran Tamansari

Penangkapan sejumlah orang itu diduga karena melakukan perlawanan dan melempari polisi dengan batu.

Ketika dilakukan penyisiran, beberapa orang berhamburan ke dalam pertokoan. Proses penyisiran dilakukan selama setengah jam.

Kemudian, proses penertiban bangunan kembali dilanjutkan.

Setelah ditangkap, orang-orang itu langsung diangkut menggunakan truk polisi menuju Polrestabes. 

 

Kompas TV

Polda Jawa Timur menyita 14 mobil mewah dari sejumlah merek. Semua mobil seharga miliaran itu disita karena diduga melanggar izin dan pajak. Polisi menyita 14 unit mobil mewah supercar dari sejumlah merek ternama di antaranya Lambhorghini, McLaren, dan Ferrari.

Penyitaan ini karena pemilik mobil diduga tidak memiliki kelengkapan dokumen kendaraan yang sah. 14 mobil supercar tersebut disita dari wilayah Malang dan Surabaya.

Setelah menyita 14 unit supercar atau mobil mewah yang diduga melanggar izin dan menunggak pajak, Polda Jawa Timur memanggil pemilik mobil. Salah satu pemilik mengakui warna mobil miliknya tidak sesuai dengan STNK. Pemilik mobil mewah yang disita, mengatakan mobil miliknya disita saat berada di sebuah bengkel.

Setelah mencocokan surat kendaraan, pemilik mobil dinyatakan bersalah karena mengubah warna mobil. Polisi mendesak pemilik segera mengurus seluruh surat kendaraan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

#SupercarDirazia #RaziaMobilMewah #SurabayaJawaTimur

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Nasional
Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com