JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, guru ngaji tak perlu disertifikasi dalam rangka mencegah penyebaran radikalisme.
Ia menanggapi soal guru ngaji dari pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan yang jadi buron polisi.
"Apakah perlu sertifikasi guru ngaji? Saya kira belum. Kita belum memikirkan pentingnya sertifikasi guru ngaji itu ya," ujar Ma'ruf di Istana Wapres, Jakarta, Jumat (15/11/2019).
Ma'ruf mengatakan, pencegahan penyebaran terorisme melalui guru ngaji memang penting. Namun, tidak perlu sampai menyertifikasi guru ngaji.
Baca juga: Menhub Kumpulkan Semua Pengelola Transportasi Online Terkait Bom di Medan
Ia mengatakan, hal yang terpenting, pemerintah melalui pembinaan kepada para pemuka agama menekankan pentingya pengajaran agama yang moderat dan toleran.
"Jangan sampai ada guru ngaji yang mengajarkan paham radikal, itu intinya. Bukan pada sertifikasinya. Bahwa guru ngaji ini harus mengajarkan ajaran-ajaran yang moderat, ajaran yang wasathiyah," ucap Ketua Umum MUI itu.
Pasca-bom bunuh diri di Mako Polrestabes Medan pada Rabu (13/11/2019), lima rumah digeledah polisi.
Satu rumah di Jalan Jangka, tiga rumah di Marelan, dan satu rumah di Belawan. Saat ini, polisi mengejar guru ngaji RMN, terduga pelaku bom bunuh diri.
"Kami juga menggeledah yang selama ini diduga memberikan pengajian pada si pelaku, yang diduga sebagai imamnya. Masih dalam pengejaran, namun kami sudah bisa mengantongi identitasnya yang diduga imam," kata Wakapolda Sumut, Brigjen Pol Mardiaz Kusin.
Hanya saja, Mardiaz enggan menyebut identitas pimpinan pengajian itu. Dia menyebut, petugas masih bekerja keras untuk mengusut kasus ini.
Baca juga: Fakta Istri Bomber Medan, dari Peran hingga Rencana Meneror Bali...
Hingga kini, pihaknya telah melakukan penggeledahan pada beberapa tempat di Kota Medan.
Lokasi pertama yakni di rumah terduga pelaku RMN dan di rumah sosok yang diduga sebagai guru ngaji pelaku.
"Kami juga sudah memintai keterangan dari sosok-sosok yang kami duga memiliki kaitan dengan pelaku dalam melakukan aksi bom tersebut," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.