JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin menerima sejumlah penyandang disabilitas di Rumah Situbondo, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (23/11/2018) sore.
Sekitar 10-15 penyandang disabilitas tiba di depan kediaman Ma’ruf Amin itu sekitar pukul 16.59 WIB. Ada yang mengenakan tongkat penyangga sebagai alat bantu berjalan, ada pula yang digandeng.
Mereka langsung masuk ke ruangan pertemuan yang berlangsung tertutup.
Selang dua jam, para wartawan diberikan kesempatan untuk masuk ke ruang pertemuan.
Kelompok penyandang disabilitas menghadiahi lukisan untuk Ma'ruf. Lukisan karikatur Ma'ruf itu merupakan hasil karya Nauval, seorang penyandang disabilitas.
Dalam lukisan tersebut, Ma'ruf digambarkan dengan gaya khasnya, berbusana sarung berwarna biru, mengenakan jas gelap yang dipadankan dengan baju putih dan syal putih.
Dalam lukisannya juga terdapat tulisan “Kaum Difabel Bersama Abah”. Rencananya lukisan itu dilelang pada peringatan hari difabel.
Selain itu adapula pemberian lukisan dari penyandang disabilitas lain bernama Fikri. Lukisan tersebut menggambarkan potret diri Ma’ruf Amin namun dibuat secara digital,
Ma’ruf mengucapkan terima kasih atas kehadiran dan pemberian lukisan dari penyandang disabilitas.
“Saya mendapatkan kehormatan anak saya, cucu saya difabel silahturahim memberikan gambar saya yang tulisannya difabel bersama Abah,” ucap Ma’ruf.
Pada kesempatan itu, Ma’ruf juga memberikan klarifikasi atas maksud kata "tuli" dan "buta" yang sempat dilontarkan ketika berbicara terkait hasil kerja Presiden Joko Widodo, beberapa waktu lalu.
Saat itu, Ma'ruf mengatakan orang yang tidak mau mengakui adanya kenyataan pembangunan yang dilakukan Presiden Joko Widodo hanyalah orang “buta" dan “tuli”.
Baca juga: TKN Jokowi-Maruf Heran Bawaslu Proses Laporan Budek-Buta
“Saya menggunakan istilah tuli dan buta yang saya maksudkan tidak secara fisik tapi soal hati. Tidak mungkin (menghina) cucu saya juga difabel enggak mungkin menghina cucu saya sendiri,” ujar Ma’ruf.
Diketaui cucu Ma’ruf Amin yang bernama Ahmad Fathi Khalidi juga menyandang disabilitas.
Fathi adalah seorang mahasiswa jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya Malang. “Saya minta maaf, saya tidak ada kaitannya dengan soal fisik,” tutur Ma’ruf.