Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Belum Bersepakat soal Usul Wajib Militer bagi Lulusan IPDN

Kompas.com - 17/01/2017, 07:58 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo berencana menerapkan kegiatan wajib militer bagi setiap lulusan Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

Hal tersebut bertujuan agar lulusan IPDN bisa menjadi pasukan cadangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) bila sewaktu-waktu Indonesia mengalami ancaman dari negara lain.

"Itu rencana kami. Jadi kalau dalam keadaan terancam dari negara lain jangan hanya mengandalkan TNI saja tapi seluruh warga negara," ujar Tjahjo usai memberi pengarahan pada Rapat Pimpinan (Rapim) TNI tahun 2017 di Aula Gatot Subroto, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (16/1/2017).

"Kalau IPDN sudah terlatih disiplin yang kami tambah setelah lulus tambah program bela negara termasuk wamil (wajib militer). Jadi kalau ada apa-apa semua siap," ucapnya.

Tjahjo menjelaskan, setelah lulus program wajib militer, lulusan IPDN akan diperbantukan di setiap daerah rayon militer dan kepolisian sektor daerah. Proses penyiapan wajib militer akan memakan waktu setidaknya satu tahun.

"Mereka membantu Danramil (Komandan Rayon Militer) dan Kapolsek. Kalau dulu kan ada yang namanya mantri polisi. Semacam itulah," tutur Tjahjo.

(Baca: Mendagri Ingin Lulusan IPDN Ikut Wajib Militer)

Ditemui secara terpisah, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menegaskan bahwa dirinya mendukung rencana tersebut.

Menurut Gatot program wajib militer akan memberikan manfaat dan pengalaman sebelum seorang lulusan IPDN menjabat sebagai pejabat pemerintahan. Dengan begitu antara unsur militer dan sipil bisa lebih bersatu.

"Sebelum dia jadi camat ya membantu kepolisian, membantu TNI sehingga sudah menyatu pada, entah itu di Forum Komunikasi Pimpinan Daerah tingkat kecamatan," ujar Gatot.

Namun Gatot mengingatkan, dengan ikut dalam program wajib militer, bukan berarti secara otomatis lulusan IPDN bisa mendapat pangkat kemiliteran.

Untuk mendapat pangkat kemiliteran, seorang peserta wamil harus mendaftar sebagai anggota TNI dan menjalani ikatan dinas selama 10 tahun.

Sedangkan siswa yang menempuh pendidikan di IPDN juga memiliki ikatan dinas setelah lulus.

"Nanti permasalahannya keluarnya bagaimana, karena ada ikatan dinasnya 10 tahun nah itu yang jadi masalah juga," ucapnya.

(Baca juga: Usulan Mendagri Lulusan IPDN Ikut Wajib Militer Direspons Positif)

Sementara Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu berpendapat bahwa penerapan wajib militer belum menjadi suatu kebutuhan yang mendesak. Sebab, saat ini Indonesia belum berada pada posisi perang dengan negara lain.

Ryamizard justru memandang penanggulangan penyebaran radikalisme dan terorisme justru menjadi hal yang diutamakan melalui program bela negara.

"Itu maunya Mendagri. Kalau kita sudah antisipasi mau perang, mau kacau gitu, ya boleh-boleh saja. Yang kita hadapi ini terorisme, masalah paham. Makanya bangsa ini harus ditekankan paham Pancasila (bela negara). Wajib militer perlu-enggak perlu, tapi sementara itu dululah ya. Kalau wamil beda lagi," ujar Ryamizard.

Kompas TV Para Pelajar Ini Ikut Pendidikan Bela Negara dari TNI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Nasional
Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Nasional
Gerindra Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju ke Pilkada Sulteng

Gerindra Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju ke Pilkada Sulteng

Nasional
Tepati Janji, Jokowi Kirim Mobil Listrik ke SMK 1 Rangas Sulbar

Tepati Janji, Jokowi Kirim Mobil Listrik ke SMK 1 Rangas Sulbar

Nasional
Konsumsi Avtur Naik 10 Persen Selama Ramadhan dan Idul Fitri 2024

Konsumsi Avtur Naik 10 Persen Selama Ramadhan dan Idul Fitri 2024

Nasional
Kekuatan Koalisi Vs Oposisi jika PDI-P dan PKS Tak Merapat ke Prabowo-Gibran

Kekuatan Koalisi Vs Oposisi jika PDI-P dan PKS Tak Merapat ke Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com