Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cerita Panglima TNI Bagaimana Operasi Penyergapan Santoso

Kompas.com - 19/07/2016, 18:31 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengapresiasi kinerja operasi gabungan TNI-Polri Satuan Tugas (Satgas) Tinombala dalam memburu jaringan kelompok bersenjata radikal Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.

"Saya ucapkan apresiasi dan bangga kepada Satgas Tinombala yang terdiri dari TNI dan Polri atas kinerjanya dalam membekuk kelompok Santoso," kata Panglima TNI di sela-sela Penganugerahan Tanda Kehormatan kepada Pangab Singapura Letjen Perry Lim, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (19/7/2016) petang, seperti dikutip Antara.

"Kami berterima kasih kepada Polisi, TNI AD, Marinir TNI AL dan TNI Angkatan Udara atas kinerjanya. TNI AU juga dilibatkan dalam operasi ini, dengan mengerahkan drone yang selalu melihat pergerakan jaringan Santoso," tambah Panglima TNI.

Hal itu disampaikan Gatot menanggapi tewasnya Santoso dalam baku tembak antara Satgas dengan lima orang jaringan kelompok Santoso di pegunungan di Poso, Senin (18/7/2016) petang.

Menurut dia, kerja sama yang dibangun TNI-Polri merupakan keterpaduan kerja bertahap dengan kesabaran. Contohnya, tim yang berhasil menewaskan Santoso, yakni prajurit dari Batalyon Raider 515 Kostrad berangkat sejak 13 hari yang lalu.

"Coba Anda bayangkan sembilan orang berangkat membutuhkan waktu tiga hari untuk menempuh jarak sekitar 11 kilometer ke tempat persembunyian Santoso, sementara untuk sampai ke titik penyergapan membutuhkan waktu selama delapan hari. Karena mereka bergerak malam hari dan mengendap-endap ke tempat-tempat yang sudah dicurigai dengan kampung istri Santoso," jelasnya.

(baca: Kelompok Santoso Tersisa 19 Orang)

Ia kembali menegaskan bahwa keberhasilan operasi bukan hanya untuk tim batalyon Raider 515 Kostrad, melainkan semua satgas Tinombala.

"Tetapi, pas yang dapat rezeki Raider 515 Kostrad. Ini keterpaduan tim Satgas Tinombala. Saya bangga dengan tim yang pantang menyerah meski dalam situasi sangat sulit," kata Panglima TNI.

(baca: Setelah Santoso Tewas, Polisi Duga Ali Kalora Lanjutkan Gerilya)

Sebelumnya, Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian memastikan satu dari dua terduga teroris yang tewas dalam baku tembak di Poso, Senin (18/7/2016) kemarin, adalah Santoso Abu Wardah.

 

Kepastian itu didapatkan dari proses identifikasi melalui pencocokan sidik jari. (baca: Kapolri: 100 Persen, Itu Santoso)

"Informasi yang baru saya dapat, sidik jarinya identik dengan sidik jari dia (Santoso) yang kami punya. Sudah bisa kami simpulkan 100 persen yang bersangkutan Santoso," ujar Tito, di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa.

Selain berdasarkan pencocokan sidik jari, kepastian itu juga didapat dari identifikasi melalui pengenalan tanda fisik oleh keluarga dan teman dekat.

Hasilnya juga sama, jenazah itu adalah Santoso.

Adapun, satu jenazah lainnya dipastikan bernama Muhtar. Proses identifikasi Muhtar juga menggunakan metode yang sama seperti identifikasi Santoso.

Kompas TV Kronologi Baku Tembak yang Diduga Tewaskan Santoso
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com