Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perhentian Terakhir Jenderal Besar Soeharto

Kompas.com - 27/01/2016, 06:36 WIB

Pengantar redaksi:

Hari ini, tepat delapan tahun lalu, presiden kedua RI Muhammad Soeharto berpulang. Memperingati sewindu peristiwa tersebut, redaksi Kompas.com menayangkan artikel-artikel dari harian Kompas pada masa itu terkait sosok penguasa Orde Baru tersebut.

* * * * *

Oleh: Sonya Hellen Sinombor

JAKARTA, KOMPAS - Pada masa Orde Baru, Astana Giribangun yang merupakan tempat pemakaman Siti Hartinah, atau lebih dikenal dengan nama Ny Tien Soeharto, begitu ramai dikunjungi. Jumlah peziarahnya bisa ribuan orang, khususnya saat libur nasional. Namun, di era reformasi, jumlah peziarah menurun drastis, hanya ratusan orang.

Belakangan ini, ketika kondisi kesehatan mantan Presiden Soeharto dikabarkan kritis, kawasan pemakaman megah di lereng barat Gunung Lawu, Desa Karang Bangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, tersebut lagi-lagi menarik perhatian orang.

Pemakaman yang berada di ketinggian 666 meter di atas permukaan laut itu benar-benar ramai pengunjung. Tak hanya kalangan masyarakat, sejumlah pejabat di tingkat kabupaten hingga tingkat provinsi di Jawa Tengah pun berbondong-bondong mendatangi tempat itu.

Perhatian tadi tentunya terkait dengan tempat pemakaman Pak Harto. Seperti diketahui, sejak Ny Tien Soeharto dimakamkan tahun 1996, di sisi makam Ny Tien Soeharto-antara makam Ny Tien dan ibunda Ny Tien-ada satu makam kosong. "Tempat kosong itu untuk Pak Harto," demikian penjelasan Citro Sadino (57), salah satu penjaga Astana Giribangun, awal Januari 2008.

Citro adalah warga Karang Bangun yang bekerja sejak 1988. Tugasnya setiap hari membersihkan ruangan tempat Ny Tien dan keluarganya dimakamkan.

Cungkup Argosari

Tempat yang dipersiapkan untuk pemakaman Pak Harto berada di bangunan di lingkungan Astana Giribangun yang dinamakan Cungkup Argosari. Tempat ini merupakan bagian utama Astana Giribangun yang letaknya di bagian tengah. "Pak Harto, walau bukan keluarga Mangkunegaraan, adalah suami Ibu Tien. Suami-istri selayaknya dimakamkan bersama," kata Citro, menjelaskan mengapa Pak Harto dimakamkan di bagian utama pemakaman itu.

Siapa saja yang berhak dimakamkan di Cungkup Argosari Astana Giribangun memang telah ditetapkan Yayasan Mangadeg Surakarta tahun 1977. Berdasarkan Surat Keputusan Badan Pengurus Yayasan Mangadeg Surakarta Nomor 003/GB/SK/IV/77, yang dikeluarkan di Jakarta pada 20 April 1977, bagian dalam Cungkup Argosari ditetapkan untuk tujuh makam.

Dalam SK yang ditandatangani Ny Tien Soeharto selaku Ketua Umum Pengurus Yayasan Mangadeg Surakarta itu disebutkan, ketujuh tempat dalam Cungkup Argosari akan digunakan oleh orang-orang yang terkait dengan Yayasan Mangadeg Surakarta, yakni pendiri yayasan (dua), pelindung yayasan (satu), ketua umum (pertama) yayasan (satu), ketua kehormatan (pertama) yayasan (dua), dan cikal bakal Astana Giribangun (satu).

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com