JAKARTA, KOMPAS.com — Mahkamah Kehormatan Dewan mulai menggelar sidang terkait pelanggaran kode etik yang diduga dilakukan oleh Ketua DPR Setya Novanto atas tuduhan pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla demi mendapatkan saham PT Freeport.
Sidang perdana digelar dengan meminta keterangan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said, Rabu (2/12/2015), yang merupakan pelapor dalam kasus ini.
Selain mendengarkan keterangan Sudirman Said, sidang MKD juga memperdengarkan rekaman pembicaraan yang diduga melibatkan Setya Novanto, pengusaha minyak Riza Chalid, dan Presiden Direktur PT Freeport Maroef Sjamsoeddin.
Sejumlah hal menarik terungkap dalam rekaman, di antaranya pembicaraan mengenai rencana divestasi PT Freeport.
Pembicaraan itu juga menyinggung pembagian saham yang menyebut nama Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Pandjaitan serta Wakil Presiden Jusuf Kalla.
(Baca: Ini Rekaman Pembicaraan soal Saham Freeport yang Menyebut Luhut)
Perbincangan itu bahkan menyinggung soal pencalonan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri, yang disebut menghadirkan ketegangan antara Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
(Baca: Isi Rekaman Sebut Jokowi Dimaki Megawati karena Tolak Budi Gunawan)
Sejumlah hal lain pun diperbincangkan, tidak hanya mengenai Freeport. Berikut ini transkrip lengkap rekaman pembicaraan itu:
MS: Maroef Sjamsoeddin
SN: Setya Novanto
MR: Muhammad Riza Chalid
MS: Assalamualaikum, Pak.
SN dan MR: Widiiiihh
SN: Gak keluar, Pak?
MS: Enggak Pak, ada tahllilan.
SN: Gak ke Solo?
MR: Besok?
MS: Ke Solo kan lusa.
SN: Kan acaranya 11, Kamis ya.
MR: Bukan 12, kata Lucas. Pak Luhut pesen musti ketemu dia.
SN: Yang bayar duluan.
MR: Gua duluan ya.
MS: Wah ramai.
MR: Loe mau ngikut pesawat gua gak.
SN: Pak Luhutnya kan.
MR: Gua sebentar, gua salaman, gua ketemu Pak Luhut gua kabur ke airport. Habis mau ngapain lagi lama-lama, yang penting buat kita nongol, salaman, ketemu Pak Luhut, udah.
MS: Airport sama kota kan deket.
MR: Iya.
MS: Cuma macetnya Solo itu.
MR: Kalau gak naik itu, bisa jam 3 hari hari. Kalau mau. Tapi kira-kira kan bapak kira-kira sudah dapat Garuda kan. Freeport nyupport? (untuk pernikahan anak Jokowi)
MS: Nggak ada. Nggak ada kita.
MR: Maklumlah presidennya, sudah banyak. (ketawa)
MS: Tidak mungkin juga terbatas kali. Bikinnya kan di Solo. Kalau seperti Pak SBY dulu bikinnya di istana kan besar-besaran. Kapasitasnya juga besar.