Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asa Toleransi dari Generasi Muda "Nahdliyin"

Kompas.com - 30/01/2015, 21:34 WIB


JAKARTA, KOMPAS
- Posisi Nahdlatul Ulama di tengah gerakan Islam radikal yang meluas lintas negara seiring globalisasi amat jelas. NU menegaskan sikapnya yang mengutamakan toleransi antar-umat beragama dan menolak prinsip-prinsip anti keberagaman. Pertanyaannya, bagaimana NU mengader generasi muda mereka di tengah kampanye sektarianisme berbasis agama akhir-akhir ini?

Terkait kiprah generasi muda NU dalam penegakan toleransi, Indonesia mencatat kematian Riyanto, anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser), organisasi pemuda NU, di tengah kegiatannya menjaga Gereja Eben Haezer, Mojokerto, Jawa Timur, pada malam Natal 24 Desember 2000. Kematian Riyanto yang pemuda Muslim itu fenomenal.

Ini salah satu peristiwa ikonik seputar peran NU dalam membangun persaudaraan dan toleransi sesama warga RI, seperti dikatakan Syafi' Aliel'ha, Pemimpin Redaksi NU Online, salah satu pembicara diskusi "Peranan NU di Tengah Perubahan Kekuatan Global", Selasa (27/1/2015).

Tak heran, hingga kini, atau lebih dari 14 tahun berselang, pengorbanan Riyanto tetap dikenang. Nama Riyanto dijadikan sebagai nama jalan di Prajurit Kulon, Kota Mojokerto. Pemerintah Kota Mojokerto juga membangun gapura megah di Jalan Riyanto.

Pengorbanan Riyanto membuktikan betapa kader muda NU konsisten memperjuangkan toleransi, yang tak lain nilai-nilai warisan para kiai atau ulama NU. Kini, setelah 14 tahun, menarik dicermati sejauh mana semangat toleransi generasi muda NU ini mewarnai khazanah perpolitikan Islam nasional, yang juga diwarnai fenomena gerakan Islam garis keras?

Melemahnya pesantren

Kader muda NU yang sebelumnya berbasis di pedesaan telah disadari banyak menurun jumlahnya seiring hijrahnya anak muda ke kota.

Melemahnya otoritas pesantren di desa-desa menjadi penyebab urbanisasi para pemuda itu, yang sebagian nahdliyin. Penurunan otoritas ini salah satunya karena kiai-kiai karismatis, yang dikenal berkapasitas spiritual tinggi, hidup asketis, bahkan diistilahkan setengah wali, juga menua. Jumlahnya pun makin sedikit.

Arus urbanisasi itu juga terjadi seiring degradasi sektor pertanian dalam 10 tahun terakhir. Keruntuhan ekonomi agraria berdampak besar terhadap eksistensi NU.

Sebagai perbandingan, pada era 1980-an, suasana nahdliyin sangat terasa. Ketika peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, misalnya, ritual barzanji diiringi makan bersama selalu digelar di pesantren-pesantren atau rumah warga desa. Kini, acara itu makin jarang digelar.

Kondisi yang sesungguhnya turut mencerminkan keguyuban dan solidaritas sosial warga nahdliyin di pedesaan ini secara kebetulan pula menurun beriringan dengan kemunculan gerakan Islam garis keras yang menampakkan wajahnya lewat teror. Sebut saja bom malam Natal 2000, bom Bali I dan II, bom Hotel JW Marriott, bom Kedutaan Besar Australia di Jakarta, dan berbagai teror lain.

Lalu di mana wajah Islam toleran itu, yang salah satunya hidup dalam NU, apabila dihadapkan dengan wajah kekerasan?

NU sendiri layak berterima kasih kepada kelompok-kelompok garis keras yang "membangunkan" wajah toleransi mereka. Tanpa "provokasi-provokasi" kelompok garis keras, bisa jadi wajah toleran NU sudah lama tenggelam.

Kini, optimisme akan wajah Islam yang toleran kembali menguat begitu menyaksikan geliat anak muda NU yang luar biasa, terutama dalam konteks pertarungan ideologi global. Hari-hari ini, tak sedikit anak muda NU yang aktif menulis status di media sosial, seperti Facebook atau Twitter, tentu saja bernapaskan toleransi beragama. Bahkan, mereka siap berdebat dan langsung menghadapi ide-ide anti toleransi dengan siapa saja di dunia maya.

Singkat kata, wajah NU yang kuat dengan karakter tawasut (moderat), tasamuh (toleran), tawazun (proporsional), dan i’tidal (adil) kini hadir lebih sering di dunia maya. Karakter nahdliyin, sebagai komunitas warga yang percaya diri dengan keislaman ala Indonesia, diyakini tak tergerus zaman.

Peran KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam menggulirkan semangat toleransi beragama sangat signifikan. Selain itu, basis toleransi NU juga menguat seiring peningkatan pengetahuan warganya, termasuk generasi muda. (ADI PRINANTYO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

Nasional
Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

Nasional
Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

Nasional
Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Kejagung Sita 2 Ferrari dan 1 Mercedes-Benz dari Harvey Moies

Nasional
Gerindra Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju ke Pilkada Sulteng

Gerindra Dukung Waketum Nasdem Ahmad Ali Maju ke Pilkada Sulteng

Nasional
Tepati Janji, Jokowi Kirim Mobil Listrik ke SMK 1 Rangas Sulbar

Tepati Janji, Jokowi Kirim Mobil Listrik ke SMK 1 Rangas Sulbar

Nasional
Konsumsi Avtur Naik 10 Persen Selama Ramadhan dan Idul Fitri 2024

Konsumsi Avtur Naik 10 Persen Selama Ramadhan dan Idul Fitri 2024

Nasional
Kekuatan Koalisi Vs Oposisi jika PDI-P dan PKS Tak Merapat ke Prabowo-Gibran

Kekuatan Koalisi Vs Oposisi jika PDI-P dan PKS Tak Merapat ke Prabowo-Gibran

Nasional
Soal Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra Sebut Sudah Komunikasi dengan Puan

Soal Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra Sebut Sudah Komunikasi dengan Puan

Nasional
PN Jaksel Tolak Gugatan David Tobing Lawan Rocky Gerung Terkait Hinaan ke Jokowi

PN Jaksel Tolak Gugatan David Tobing Lawan Rocky Gerung Terkait Hinaan ke Jokowi

Nasional
'Selama 23 Tahun, Tiba-tiba Setelah Jadi Orang, Berubah karena Kekuasaan'

"Selama 23 Tahun, Tiba-tiba Setelah Jadi Orang, Berubah karena Kekuasaan"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com