Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suryadharma Sebut Ada Isu Anggota DPR Bermain Bisnis Haji

Kompas.com - 06/05/2014, 22:26 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com —
Menteri Agama Suryadharma Ali mengaku tidak tahu persis apakah ada anggota Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat yang bermain dalam bisnis penyelenggaraan haji. Namun, Suryadharma mengaku pernah mendengar isu terkait permainan anggota Dewan dalam penyelenggaraan haji tersebut.

"Kalau isu, ada, tetapi isu tidak bisa dijadikan fakta atas sebuah kejadian. Jadi, saya memberikan keterangan, saya tidak tahu apakah ada anggota Komisi VIII yang melakukan di bisnis-bisnis pengadaan itu," tutur Suryadharma di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Selasa (6/5/2014), seusai dimintai keterangan terkait penyelidikan proyek haji.

Menurut Suryadharma, ihwal seputar dugaan permainan anggota DPR dalam bisnis haji ini sempat ditanyakan tim penyelidik KPK selama proses permintaan keterangan.

"Ya itu juga yang dipertanyakan kepada saya. Saya tidak tahu persis apakah memang ada semacam itu, yang dilakukan oleh Komisi VIII," ucapnya.

Terkait penyelidikan haji ini, KPK bersama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan juga menemukan dugaan adanya anggota DPR yang ikut ”bermain” dalam bisnis penyelenggaraan haji.

Sebelumnya, Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas tidak membantah jika dugaan keterlibatan anggota DPR dalam bisnis haji ini menjadi salah satu yang disorot KPK dalam penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan barang dan jasa pada penyelenggaraan ibadah haji tahun 2012-2013.

Selain berkaitan dengan anggota DPR, Suryadharma juga mengaku diajukan pertanyaan oleh tim penyelidik KPK seputar pemondokan yang tidak layak bagi jemaah haji di Arab Saudi. Dia mengaku baru tahu mengenai kondisi pemondokan yang tidak layak tersebut setelah melakukan evaluasi penyelenggaraan haji, tepatnya sekitar empat atau lima hari setelah penyelenggaraan haji 2012 selesai.

"Kira-kira H-4, H-5, saya lakukan evaluasi, meminta laporan dari tim perumahan, tim katering, dari Komisi Pengawas Haji Indonesia, dari Irjen, dari tim kesehatan, termasuk dari tim keamanan yang berkaitan dengan tugas masing-masing. Di situlah muncul persoalan, antara lain adanya perumahan yang dikategorikan jelek," paparnya.

Menurut Suryadharma, pihaknya terpaksa mengambil kompleks pemondokan yang ternyata tidak layak tersebut karena terdesak waktu, dan adanya persaingan memperebutkan pemondokan rumah yang layak dengan negara-negara lain.

"Perumahan itu ada di satu orang yang memiliki rumah banyak itu, dan misalnya mengatakan, ini yang baik, ini yang kurang baik. Kita diminta ambil semuanya atau tidak diambil semuanya. Nah, tim perumahan merasa terdesak karena kita kan terikat sama waktu, sama pesaing-pesaing dari negara lain yang juga membutuhkan rumah," ujarnya.

Adapun penyelidikan proyek haji yang dilakukan KPK berfokus pada tiga hal. Pertama, biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH). Kedua, pengadaan barang dan jasa terkait akomodasi haji. Ketiga, fasilitas haji yang diberikan kepada pihak tertentu dan tidak sesuai dengan ketentuan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Nasional
Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Nasional
PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

Nasional
Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Nasional
Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Nasional
Disebut Copot Afriansyah Noor dari Sekjen PBB, Yusril: Saya Sudah Mundur, Mana Bisa?

Disebut Copot Afriansyah Noor dari Sekjen PBB, Yusril: Saya Sudah Mundur, Mana Bisa?

Nasional
Video Bule Sebut IKN 'Ibu Kota Koruptor Nepotisme' Diduga Direkam Dekat Proyek Kantor Pemkot Bogor Baru

Video Bule Sebut IKN "Ibu Kota Koruptor Nepotisme" Diduga Direkam Dekat Proyek Kantor Pemkot Bogor Baru

Nasional
Ahli Pidana: Bansos untuk “Korban” Judi Online Sama Saja Kasih Narkoba Gratis ke Pengguna…

Ahli Pidana: Bansos untuk “Korban” Judi Online Sama Saja Kasih Narkoba Gratis ke Pengguna…

Nasional
KPK Akan Gelar Shalat Idul Adha Berjamaah untuk Tahanan Kasus Korupsi

KPK Akan Gelar Shalat Idul Adha Berjamaah untuk Tahanan Kasus Korupsi

Nasional
Ahli Sebut Judi Online seperti Penyalahgunaan Narkoba, Pelakunya Jadi Korban Perbuatan Sendiri

Ahli Sebut Judi Online seperti Penyalahgunaan Narkoba, Pelakunya Jadi Korban Perbuatan Sendiri

Nasional
PBB Copot Afriansyah Noor dari Posisi Sekjen

PBB Copot Afriansyah Noor dari Posisi Sekjen

Nasional
Anies, JK, hingga Sandiaga Nonton Bareng Film LAFRAN yang Kisahkan Pendiri HMI

Anies, JK, hingga Sandiaga Nonton Bareng Film LAFRAN yang Kisahkan Pendiri HMI

Nasional
Respons KPK Soal Harun Masiku Nyaris Tertangkap pada 2021

Respons KPK Soal Harun Masiku Nyaris Tertangkap pada 2021

Nasional
55.000 Jemaah Haji Indonesia Ikuti Murur di Muzdalifah Usai Wukuf

55.000 Jemaah Haji Indonesia Ikuti Murur di Muzdalifah Usai Wukuf

Nasional
Anggota Komisi I DPR Dukung Kemenkominfo Ancam Blokir X/Twitter karena Izinkan Konten Porno

Anggota Komisi I DPR Dukung Kemenkominfo Ancam Blokir X/Twitter karena Izinkan Konten Porno

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com