Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seandainya Ada 100 ”Jokowi”, Indonesia Maju Pesat

Kompas.com - 21/10/2013, 08:49 WIB
Iwan Santosa

Penulis

 
JAKARTA, KOMPAS
— Saat ini, sedikitnya ada 20 bupati atau wali kota sekelas Joko Widodo yang menjadi bibit untuk kepemimpinan nasional. Jokowi yang mantan Wali Kota Surakarta dan kini menjadi Gubernur DKI Jakarta itu bukan lagi satu-satunya tokoh yang mampu menjadi pelayan masyarakat dan mendorong perubahan.

Guru Besar Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina Herdi Sahrasad, di Jakarta, Minggu (20/10/2013), mengatakan, kalau ada 50-100 bupati-wali kota sekelas Jokowi, Indonesia akan maju pesat dan sejahtera.

”Harus didorong agar muncul pemimpin berkualitas di daerah. Mereka menonjol seperti Jokowi karena memimpin dengan kerakyatan dan bukan pencitraan,” kata Herdi Sahrasad dalam diskusi bertajuk Survey Kredibel dan Abal-Abal, Bagaimana Peran Media, di Founding Fathers House, Prapanca, Jakarta.

Peneliti senior Founding Fathers House (FFH), Dian Permata, menjelaskan, adanya 20-an wali kota-bupati kerakyatan dengan kinerja sekelas Jokowi itu membuktikan demokrasi Indonesia masih ada harapan.

”Yang diperlukan, kini, bagaimana kita bisa mendorong munculnya lebih banyak lagi orang- orang seperti mereka. Kami mendapatkan 20 nama tersebut di daerah-daerah seluruh Indonesia,” kata Dian Permata.

Tokoh-tokoh tersebut ditemukan di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Bali, dan Pulau Sulawesi. Tidak hanya bupati atau wali kota, nama sejumlah gubernur dan wakil gubernur di Kalimantan dan Pulau Jawa juga muncul dalam penelitian yang dilakukan FFH. Dian mengharapkan para pemimpin yang ”bersih dan baik” tersebut harus berjejaring.

Jangan terkontaminasi

Herdi Sahrasad mengingatkan pentingnya perbaikan sistem yang ada di pemerintahan agar orang yang baik dan berkualitas itu tidak terkontaminasi oleh sistem yang korup dan tidak transparan.

Dian juga mengingatkan, keberadaan Jokowi dan 20-an bupati serta wali kota berikut kepala daerah yang populer di masyarakat itu disebabkan karena mereka melayani masyarakat.

”Pemimpin itu bukan orang yang berbicara. Pemimpin itu adalah orang yang melayani. Buruh, petani, dan nelayan serta pedagang kecil melihat keterwakilan diri mereka pada tokoh pengayom seperti Jokowi dan para bupati-wali kota tersebut,” kata Dian Permata.

Dian Permata, sebaliknya, menyayangkan sejumlah tokoh yang ingin maju sebagai calon presiden 2014 dengan membangun citra di publik. Upaya untuk membentuk citra diri seorang pelayan masyarakat, menurut dia, akan susah dibentuk oleh para tokoh yang elitis tersebut.

Herdi Sahrasad juga mengingatkan lembaga survei agar berhati-hati menerima pesanan untuk mengarbit tokoh-tokoh tertentu karena lambat laun akan kehilangan kepercayaan masyarakat.

Dian Permata juga mengingatkan media massa untuk mengkritisinya.

”Di Indonesia, ahli metode survei sekelas Gallup di Amerika Serikat itu tidak sampai 10 orang,” ucapnya. (ong)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Nasional
Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Nasional
Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Nasional
Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

Nasional
PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

Nasional
Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

Nasional
Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

Nasional
Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Nasional
Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Nasional
Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Nasional
Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Nasional
Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com