Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selalu Jadi Lembaga Terkorup, DPR Mati Rasa, Parpol Tutup Mata

Kompas.com - 17/09/2013, 12:04 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis


JAKARTA,KOMPAS.com — Kritik terhadap DPR yang dituding sebagai lembaga terkorup sering kali dikemukakan. Namun, DPR dinilai sudah mati rasa karena tidak juga melakukan upaya reformasi. Selain itu, partai politik (parpol) sebagai lembaga pencetak kader menjadi anggota dewan dinilai abai terhadap pengawasan kadernya di DPR.

"Kita berhadapan dengan DPR yang tampak tak hanya lembaga terkorup tetapi juga DPR yang berhati baja. Semua kritik dan teriakan publik sejauh ini tak kurang lantang disuarakan, tetapi pada saat yang sama DPR seakan mati rasa untuk sekadar melakukan upaya reformasi serius secara kelembagaan demi membersihkan lembaga itu dari korupsi," ujar peneliti Forum Masyarakat Pemantau Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus di Jakarta, Selasa (17/9/2013).

Dia mengatakan, para politisi di Senayan menikmati duduk di kursi anggota dewan dengan nyaman sebagai penguasa dan bukan sebagai negarawan. Sementara itu, parpol sebagai institusi yang paling bertanggung jawab atas perilaku korupsi wakil rakyat abai dalam dalam mengawasi kader-kadernya di DPR. Bahkan, parpol malah mendorong kadernya untuk melakukan tindakan korupsi.

Buktinya, ungkap Lucius, parpol kerap memberi respons lambat ketika ada anggotanya yang terjerat kasus korupsi. Bahkan, parpol sering membela kader yang bersangkutan.

"Hal itu menandakan ada simbiosis mutualisme antara parpol dan anggotanya di parlemen untuk melakukan penyimpangan," tukasnya.

Menurut Lucius, titik-titik korupsi di DPR berkaitan dengan fungsi-fungsi anggota dewan, yaitu untuk membahas anggaran, melakukan pengawasan, dan membuat regulasi. Kewenangan anggaran, lanjutnya, merupakan lahan paling potensial untuk melakukan praktik manipulasi.

"Kemudahan DPR dalam melakukan pembancakan anggaran dibantu oleh kewenangan nyaris absolut mereka untuk membahas mata anggaran hingga unit terkecil,” tambahnya kemudian.

Dalam bidang regulasi, sebenarnya DPR bisa melakukan banyak terobosan bagus jika anggotanya punya visi kenegarawanan. Fungsi pengawasan juga kerap menjadi bahan bancakan. Ironisnya kritik keras wakil rakyat saat mengevaluasi kinerja pemerintah sering kali merupakan isyarat untuk meminta transaksi di bawah tangan.  

Fungsi ketiga juga tak kalah rentan dengan penyelewengan, yakni fungsi legislatif. Penyelewengan terjadi melalui pengaturan pasal-pasal dalam sebuah undang-undang.

“Dengan demikian, hampir semua tugas utama kedewanan rentan dengan korupsi,” ujarnya.

Sebelumnya, KPK mencatat DPR sebagai lembaga paling korup selama lima tahun berturut-turut. Itu berdasar penilaian indeks korupsi birokrasi.

"Hanya di Indonesia, parlemen yang korupsi 2009, 2010, 2011. Parlemen paling korup. Itulah unik Indonesia. Kelebihan parlemen kita, mereka kreatif,” kata Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja pada kuliah “Upaya Pemberantasan Korupsi dan Anatomi Korupsi pada Pelaksanaan Pemilu” di gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Senin (16/9/2013).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

BrandzView
Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Nasional
Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Nasional
Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Nasional
Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Nasional
Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Nasional
TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

Nasional
Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Nasional
Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Nasional
Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Nasional
Dinilai Berhasil, Zulhas Diminta PAN Jatim Jadi Ketum PAN 2025-2030

Dinilai Berhasil, Zulhas Diminta PAN Jatim Jadi Ketum PAN 2025-2030

Nasional
Jokowi Bagikan 10.300 Sertifikat Tanah Hasil Redistribusi di Banyuwangi

Jokowi Bagikan 10.300 Sertifikat Tanah Hasil Redistribusi di Banyuwangi

Nasional
TNI AL Latihan Pendaratan Amfibi di Papua Barat, Libatkan 4 Kapal Perang

TNI AL Latihan Pendaratan Amfibi di Papua Barat, Libatkan 4 Kapal Perang

Nasional
Tengah Fokus Urus Pilkada, Cak Imin Bilang Jatim Bakal Ada Kejutan

Tengah Fokus Urus Pilkada, Cak Imin Bilang Jatim Bakal Ada Kejutan

Nasional
Targetkan Sertifikasi 126 Juta Bidang Tanah, Jokowi: Presiden Baru Tinggal Urus Sisanya, Paling 3-6 Juta

Targetkan Sertifikasi 126 Juta Bidang Tanah, Jokowi: Presiden Baru Tinggal Urus Sisanya, Paling 3-6 Juta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com