JAKARTA, KOMPAS.com — Penyakit epilepsi kerap dipandang salah oleh masyarakat. Padahal, epilepsi dapat disembuhkan. Untuk itu, stigma terhadap penyandang epilepsi harus dihilangkan karena epilepsi bukanlah sesuatu yang menakutkan.
"Epilepsi dapat disembuhkah dengan makan obat teratur, menghindari penyebab kemunculan epilepsi seperti stres berlebihan, dan operasi. Epilepsi itu penyakit yang disebabkan pelepasan berlebihan muatan listrik dari sekelompok sel di kepala," kata Ketua Perkumpulan Penderita Epilepsi Indonesia Fitri Octaviana dalam seminar "Mari Peduli Epilepsi" di Jakarta, Selasa (20/3/2013).
Fitri menambahkan, keluarga atau kerabat yang dekat dengan penyandang epilepsi diharapkan dapat memotivasi mereka untuk sembuh. Hal ini dapat dilakukan dengan menemani penderita berkonsultasi ke dokter, mengontrol kepatuhan makan obat, dan menyarankan mereka untuk menjalankan pola hidup sehat.
Psikiater Suryo Dharmono mengatakan, epilepsi harus terkontrol agar risiko munculnya masalah psikiatri semakin kecil. Risiko itu karena penderita berpeluang mengalami depresi dan memilih bunuh diri.
"Depresi pada penyandang epilepsi tercatat tinggi, yakni 30-50 persen. Jika penyandang epilepsi terkontrol, peluang hidup tanpa serangan akan meningkat pula. Risiko depresi semakin kecil dan kualitas hidup penyandang epilepsi pun semakin baik," katanya.
Dokter spesialis saraf, Suryani Gunadharma, menambakan, pasien dengan autisme dan retardasi memang berpeluang untuk mengidap epilepsi. "Anak dengan autisme dan retardasi perlu diperiksa ke dokter untuk antisipasi peluang autisme. Tetapi, harus diingat, epilepsi itu layaknya penyakit biasa, diobati pasti sembuh kok," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.