Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahfudz Siddiq: Mako Tabuni Bisa Jadi Martir

Kompas.com - 16/06/2012, 11:09 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tewasnya Wakil Ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Mako Tabuni dinilai tidak menyelesaikan masalah keamanan di Papua. Sebaliknya, tewasnya Mako bakal meningkatkan perlawanan kelompok-kelompok tertentu di Papua terhadap pemerintah.

"Tewasnya Mako Tabuni bisa dianggap martir dari perjuangan mereka dan menghidupkan sel-sel perjuangan mereka," kata Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Mahfudz Siddiq saat diskusi Sindo Radio "Papua yang Tak Kunjung Reda" di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (16/6/2012).

Sebelumnya, kepolisian menyebut Mako merupakan eksekutor sejumlah penembakan gelap di Papua, khususnya di Jayapura. Kepolisian menyebut sudah mencoba mengajak berdialog Mako untuk dilakukan penangkapan. Namun, Mako menolak dan coba melarikan diri.

Polisi mengejar dan mencoba menangkap Mako. Sempat terjadi perebutan senjata. "Saat moncong senjata mengarah ke petugas yang sedang bergumul dengan Mako, anggota lain terpaksa menembaknya," kata Kapolda Papua Irjen BL Tobing.

Mahfudz mempertanyakan efektivitas instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada jajaran kepolisian dan TNI untuk memulihkan keamanan di Papua. Menurut dia, jika instruksi itu disampaikan ke jajaran Polda Metro Jaya untuk mengatasi berbagai masalah keamanan di Ibu Kota tidak masalah.

Namun, kata Mahfudz, instruksi itu akan menjadi masalah ketika menangani keamanan di Papua. Tindakan represif dinilai akan memicu pergerakan yang lebih besar lantaran adanya jaringan. "Di sana juga ada front politik. Penembakan Mako Tabuni itu lalu menyebar ke berbagai negara," kata Mahfudz.

Intelektual muda Papua, Natalis Pigay, mengatakan, berdasarkan informasi yang dia terima, Mako tak melakukan perlawanan ketika penyergapan. Aparat berpakaian sipil, kata dia, langsung melakukan penembakan. Pernyataan Natalis itu sama dengan temuan Kontras. "Teroris kelas wahid saja tidak boleh (ditembak mati). Ditangkap lalu dihukum mati tidak apa-apa asal melalui proses pengadilan," kata Natalis.

Natalis menambahkan, pendekatan keamanan di Papua yang selalu dilakukan pemerintah selama ini terus mengakibatkan korban tewas. Dia mengkritik terlalu banyaknya aparat keamanan yang ditempatkan di Papua. Aparat di Papua mencapai belasan ribu orang atau setiap petugas menjaga belasan warga Papua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

    Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

    Nasional
    Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

    Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

    Nasional
    Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

    Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

    Nasional
    Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

    Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

    Nasional
    Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

    Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

    Nasional
    Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

    Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

    Nasional
    Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

    Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

    Nasional
    Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

    Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

    Nasional
    PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

    PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

    Nasional
    Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

    Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

    Nasional
    Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

    Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

    Nasional
    Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

    Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

    Nasional
    Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

    Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

    Nasional
    Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

    Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

    Nasional
    Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

    Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com