Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NII Menyuruh Saya Mencuri

Kompas.com - 25/04/2011, 14:04 WIB

KOMPAS.com — Penjelasan yang diajukan kepala negara mengenai konsep negara dalam negara membuat saya bingung. Tak ada satu pun penjelasan yang meyakinkan. Saya terus mengajukan pertanyaan demi pertanyaan. Diskusi saya dan kepala negara itu berlangsung berjam-jam. Kepala negara itu tampak lelah meladeni kebawelan saya. Ia lantas menanyakan kesediaan saya untuk bergabung.

Ia menjelaskan, sebelum bergabung, seorang calon warga negara harus memberikan sumbangan dana kepada negara. Seingat saya, jumlahnya mencapai Rp 2 juta. Namun, saat saya katakan bahwa saya tidak punya uang sejumlah itu, dia menurunkan harga. Bahkan boleh dicicil beberapa kali dalam jangka waktu tiga bulan.

Tetap saja saya enggan dan mengaku tidak punya uang. "Uang dari mana? Saya kan mahasiswa, belum kerja juga," kata saya.

Lantas ia mulai menjelaskan dengan dalil-dali Al Quran yang diinterpretasikannya berbeda tentang mengambil harta orang lain. Ia bilang, ambillah harta dari orangtuamu, saudaramu, orang dekatmu, atau orang lain.

Rupanya mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang yang akan diberikan kepada negara. Mereka menilai, orang-orang selain anggota NII adalah kafir sehingga tidak jadi masalah jika harta mereka dirampas. Mendengar adanya iuran, saya makin yakin bahwa ajakan NII ini tidak beres.

Oh, ternyata ujung-ujungnya uang toh, batin saya. Saya berpikir jangan-jangan ini adalah modus baru kejahatan penipuan. Akhirnya, ketika sang kepala negara kembali menanyakan niat bergabung atau tidak, saya menjawab tidak. "Kalau ujung-ujungnya uang, saya enggak mau. Dan, aneh ada negara di dalam negara," kata saya.

Akhirnya sang kepala negara itu menyudahi diskusi kami. Ia beranjak ke luar ruangan. Setelah itu, teman lelaki Dewi yang mengantar saya ke ruangan, masuk kamar, mengantarkan saya kembali ke ruang tamu. Di ruang tamu, Dewi sudah menunggu. Ia mengaku diajak bicara dengan kepala negara lain di kamar yang satunya.

Di ruang tamu, teman lelaki Dewi kembali bertanya, "Bagaimana? Sudah paham?". Saya jawab akan pikir-pikir. "Habis ujung-ujungnya uang," kata saya.

Kemudian kami dipersilakan pulang. Di perjalanan pulang, Dewi juga bercerita bahwa ia merasa ragu dengan adanya iuran yang diwajibkan. Namun, kata Dewi, teman lelakinya itu kembali mengajak dia dan saya untuk mengikuti pertemuan akbar di Balairung UI, Depok, beberapa hari kemudian. Saya tidak merespons positif ajakan itu. Cukup sampai di sini saya mengikuti rasa penasaran ini.

Sesampainya di rumah, saya menceritakan pertemuan itu kepada orangtua dan kawan-kawan saya. Sejumlah teman mengatakan kepada saya bahwa itu adalah gerakan NII yang biasa merekrut mahasiswa di kampus-kampus. Teman-teman saya menyarankan untuk melaporkan ke polisi.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Ikut Kabinet atau Oposisi?

    Ikut Kabinet atau Oposisi?

    Nasional
    Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

    Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

    Nasional
    Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

    Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

    Nasional
    Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

    Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

    Nasional
    Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

    Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

    Nasional
    PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

    PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

    Nasional
    Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

    Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

    Nasional
    Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

    Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

    Nasional
    Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

    Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

    Nasional
    Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

    Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

    Nasional
    Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

    Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

    Nasional
    Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

    Menlu Retno Laporkan Hasil Kunjungan ke Vietnam ke Jokowi

    Nasional
    Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum 'Move On'

    Gugatan di PTUN Jalan Terus, PDI-P Bantah Belum "Move On"

    Nasional
    Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

    Menlu Singapura Temui Jokowi, Bahas Kunjungan PM untuk Leader's Retreat

    Nasional
    Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

    Hasto Sebut Ganjar dan Mahfud Akan Dapat Tugas Baru dari Megawati

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com