JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan, saat ini pemerintah telah menambah jumlah pasukan TNI di wilayah perbatasan Indonesia-Filipina.
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi dampak konflik bersenjata di Marawi, Filipina Selatan, yang berbatasan dengan Sulawesi Utara dan Maluku Utara.
Serangan militer Filipina terhadap kelompok Maute yang berafiliasi dengan ISIS itu dikhawatirkan menimbulkan pergeseran kekuatan ke wilayah Indonesia. Selain itu, kata Wiranto, kapal-kapal TNI AL disiagakan dan melakukan patroli maritim.
"Kami sudah membuat posko bersama, kemudian TNI ada penambahan pasukan di pulau-pulau terluar," ujar Wiranto di Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (16/6/2017).
"TNI AL juga melaksanakan patroli maritim yang lebih tepat dengan menempatkan kapal-kapal adi daerah itu," kata dia.
Wiranto pun memastikan pemerintah telah mengambil langkah antisipatif terkait potensi masuknya kekuatan kelompok Maute ke Indonesia.
Pada Rabu (14/6/2017) lalu di Manado, Sulawesi Utara, Wiranto melakukan rapat koordinasi dengan sejumlah pejabat pemerintahan, Polri dan TNI yang bertanggung jawab atas wilayah perbatasan.
(Baca: Cegah Kelompok Maute Masuk RI, Wiranto Pimpin Rapat di Manado)
Rapat tersebut digelar untuk menentukan langkah-langkah pencegahan kelompok Maute masuk ke wilayah Indonesia sebagai akibat dari peningkatan konflik di Marawi.
Menurut Wiranto, peningkatan kewaspadaan perlu dilakukan mengingat jarak kota Marawi dengan Kota Davao, wilayah yang dekat dengan perbatasan, hanya berjarak sekitar 300 kilometer.
"Biasanya kalau satu tempat digempur itu luapannya akan menyebar ke daerah lain. Nah kita cukup dekat, kalau jarak perjalanan darat hanya sekitar 300 kilometer. Oleh karena itu kewaspadaan harus kita tingkatkan," kata Wiranto.
(Baca juga: Maute, Pemimpin Kelompok Penyerangan di Marawi Beristri Warga Bekasi
Selain itu Wiranto menjelaskan, kelompok terorisme di Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan kelompok teroris di Filipina.
Mantan Panglima ABRI itu menyebut kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang berbasis di Poso memiliki hubungan dengan kelompok radikal MILF (Moro Islamist Liberation Front) yang berbasis di Moro, Filipina Selatan.
Selain itu, kata Wiranto, kelompok MIT mendapat suplai senjata api dari kelompok Anshorut Khilafah di Filipina. Kelompok-kelompok tersebut diketahui berafiliasi dengan ISIS.
Tercatat dalam satu bulan terakhir, ISIS mengklaim telah melakukan aksi terornya di beberapa negara.
Serangan teror terjadi di kota Melbourne, Australia, hingga yang masih berlangsung saat ini yaitu aksi penyerangan kelompok Maute di Kota Marawi, Filipina.