Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alissa Wahid Nilai Ujaran Kebencian di Media Sosial Semakin Menguat

Kompas.com - 27/02/2017, 20:42 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Koordinator Jaringan Gusdurian Indonesia, Alissa Wahid, mengatakan, pesan permusuhan yang beredar di media sosial semakin menguat.

Menurut dia, hal ini juga menjadi pemicu tindakan di dunia nyata.

"Ini musuh kami. Kami menolak ini. Ini yang sangat kuat, dan Itu muncul juga dalam tindakan. Tindakan ini direkam, divideokan, diviralkan melalui media sosial," kata Alissa, di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (27/2/2017).

Alissa menilai, ujaran kebencian akan semakin berbahaya jika diikuti aksi kekerasan. Salah satunya pernah terjadi dalam sebuah video yang beredar dengan ujaran seseorang untuk menangkap dan melakukan kekerasan.

"Apa yang terjadi di media sosial ini berpengaruh besar. Kayak tangkap kandidat ini, potong lehernya. Sangat mengkhawatirkan karena mendorong orang melakukan kekerasan, itu yang bahaya," ujar Alissa.

Alissa menuturkan, pihaknya pernah melakukan pemantauan ujaran kebencian di media sosial.

(Baca: Jokowi: Ujaran Kebencian Bisa Dikonter dengan Kesantunan)

Dari pekan ketiga September hingga pekan pertama Oktober 2016, terdapat 28.000 kicauan yang mengandung kata "sesat" dan 21.000 kicauan yang mengandung kata "kafir" di Twitter.

"Kalau di Facebook lebih parah. 113.000 dalam waktu tiga bulan September-November. Jadi, bayangkan kobaran permusuhan itu terus," ujar Alissa.

Sementara itu, aktivis hak asasi manusia, Todung Mulya Lubis, menilai, ujaran kebencian menguat pasca-reformasi.

Menurut dia, kondisi ini tidak pernah terjadi sebelumnya.

Pada era demokrasi liberal tahun 1950, kata Todung, terjadi pertentangan ideologi yang tajam antara kelompok Islam dan komunisme.

Meski demikian, ujaran kebencian tidak berlangsung secara masif seperti yang terjadi belakangan ini.

"Pada zaman reformasi ini, sentimen rasialis, anti-etnis dan agama tertentu mencapai puncak yang tidak pernah kita alami sebelumnya," kata Todung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com