JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi II DPR Hetifah Sjafudian mengatakan, integritas dan rekam jejak menjadi hal penting dalam proses rekrutmen calon aparatur sipil negara (ASN).
Ia mempertanyakan jika yang diutamakan adalah calon yang berasal dari universitas ternama.
"Ini jelas statement yang bersifat diskriminatif," kata Hetifah melalui pesan singkat, Kamis (2/6/2016).
Ia menanggapi pernyataan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi yang menyatakan bahwa proses penerimaan calon pegawai negeri sipil akan mengutamakan calon yang berasal dari universitas ternama.
(Baca: Menteri Yuddy Dinilai Diskriminasi jika Utamakan Lulusan Kampus Ternama Jadi PNS)
Yuddy beralasan, hal itu dilakukan agar diperoleh calon yang berkualitas.
Hetifah menjelaskan, integritas dan rekam jejak yang dimaksudnya meliputi keahlian, kualifikasi, kompetensi, serta keterampilan yang dimiliki masing-masing calon.
Tidak ada jaminan bahwa calon yang berasal dari universitas ternama memiliki integritas yang lebih baik dari universitas lainnya.
"Walau saya lulusan ITB, saya rasa tidak pada tempatnya Menpan membuat pernyataan yang mengecilkan hati banyak angkatan muda potensial yang berdedikasi di berbagai pelosok Indonesia," kata dia.
Selain itu, persoalan etika dan perilaku calon seharusnya juga menjadi pertimbangan dalam proses penerimaan tersebut.
Ia menilai, lebih baik jika Yuddy membuat aturan yang dapat menjamin bahwa ASN nantinya menunjukkan keteladanan sikap, perilaku, dan ucapan, serta jujur dan bertanggung jawab dalam bekerja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.