Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merdeka dari Korupsi

Kompas.com - 18/08/2014, 23:00 WIB

Oleh: Robert Adhi KSP

KOMPAS.com - Hari Ulang Tahun Ke-69 Kemerdekaan Republik Indonesia diperingati dengan meriah di seluruh Indonesia. Di media sosial, rakyat Indonesia berbondong-bondong mengucapkan selamat ulang tahun sambil mengungkapkan kebanggaan menjadi warga negara Indonesia dan berharap Indonesia akan lebih baik di bawah kepemimpinan presiden terpilih Joko Widodo. Salah satu harapan yang mengemuka adalah agar Indonesia "merdeka dari korupsi".

Korupsi di Indonesia ini memang sudah menjadi-jadi dan merusak negeri, dari korupsi kecil-kecilan di kelurahan sampai megakorupsi triliunan. Ini sudah terjadi bertahun-tahun lamanya.

Pegawai negeri sipil, polisi, tentara, petinggi, dan pengurus partai politik yang seharusnya mengabdi kepada negeri ini melakukan korupsi tiada henti. Berkolusi dengan pengusaha hitam, mereka menikmati uang rakyat, yang seharusnya digunakan untuk kemakmuran negeri dan kesejahteraan rakyat.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kejaksaan Agung menangkap puluhan pejabat dan pengusaha yang kongkalikong merampok duit rakyat.

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi akhir Juli lalu mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan. Katanya, 86,22 persen kepala daerah di Indonesia tersangkut kasus korupsi (330 orang dari 524 kepala daerah daerah dan wakil kepala daerah). Salah satu penyebab utama adalah lemahnya sistem pemilihan kepala daerah yang berbiaya mahal. Dia mengusulkan agar pemilu kepala daerah dilakukan serentak bersamaan dengan pemilu presiden untuk menekan biaya.

Sejak pilkada langsung digelar sampai Januari 2014, tercatat 318 dari 524 kepala daerah dan wakil kepala daerah tersangkut kasus korupsi. Kasus terakhir melibatkan Bupati Karawang (Jawa Barat) dan istrinya, Wali Kota Palembang dan istrinya, Bupati Biak, Bupati Bogor, dan Wali Kota Makassar.

Makin banyaknya kepala daerah, wakil kepala daerah, dan pejabat tersangkut kasus korupsi menjadi berita yang memprihatinkan dalam usia ke-69 kemerdekaan Republik Indonesia. Kehadiran KPK menjadi kebutuhan utama agar negeri ini menjadi lebih baik.

Ketua KPK Abraham Samad menilai banyak kepala daerah dan pejabat negara yang senang hidup berfoya-foya di tengah kemiskinan rakyat.

Indonesia membutuhkan pemimpin yang betul-betul mengabdi untuk negeri. Ketika Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta Joko Widodo melaporkan harta kekayaan setiap enam bulan, presiden terpilih ini menyambut dengan positif.

Peluang korupsi

Publik tampaknya tidak ragu dengan janji Joko Widodo memberantas korupsi. Selama menjabat Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo memperbaiki pelayanan publik mulai dari kelurahan. Warga DKI Jakarta merasakan perubahan itu. Padahal, sebelumnya urusan di kelurahan berbelit-belit, dipingpong sana-sini, dan menyusahkan rakyat. Petugas kelurahan dilarang mengutip uang untuk mempercepat urusan. Tak boleh lagi ada ucapan "kalau bisa dipersulit, mengapa harus dipermudah".

Ketika menjabat Wali Kota Solo, Joko Widodo dipuji pengusaha setempat karena tidak mempersulit perizinan usaha. Asal sudah memenuhi syarat (termasuk amdal), izin usaha langsung keluar.

Bermodalkan pengalaman memimpin Solo dan Jakarta, Joko Widodo diyakini mampu memimpin Indonesia ”merdeka dari korupsi” agar mampu lepas landas dengan cepat. Joko Widodo akan menerapkan transaksi pembayaran secara online agar pegawai pemerintah tidak lagi menyentuh uang tunai. Dengan demikian, peluang korupsi makin kecil.

Upaya perbaikan pelayanan di institusi pemerintah harus dilakukan di semua sektor. Ditjen Imigrasi mulai menerapkan pembuatan paspor satu hari. Kantor Samsat di sejumlah lokasi mempermudah pengurusan perpanjangan STNK. Pelayanan publik yang semakin membaik memang sudah lama dirindukan rakyat Indonesia.

Indonesia yang bebas dari koruptor juga sejak lama didamba masyarakat. Apa yang dilakukan KPK selama ini didukung sebagian besar rakyat Indonesia. Hukuman untuk para koruptor harus setinggi mungkin.

Koruptor seharusnya tidak perlu mendapat remisi, seperti yang diterima Gayus Tambunan (terpidana kasus pajak) dan Urip Tri Gunawan (mantan jaksa terpidana suap). Indonesia harus secepatnya "merdeka dari belenggu koruptor".

Publik berharap presiden terpilih Joko Widodo menepati janji membersihkan institusi negara dari para koruptor pengkhianat negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Asa PPP Tembus Parlemen Jalur MK di Ambang Sirna

Asa PPP Tembus Parlemen Jalur MK di Ambang Sirna

Nasional
Jokowi Ingatkan BPKP Jangan Cari-Cari Kesalahan: Hanya Akan Perlambat Pembangunan

Jokowi Ingatkan BPKP Jangan Cari-Cari Kesalahan: Hanya Akan Perlambat Pembangunan

Nasional
Ada Serangan Teroris di Malaysia, Densus 88 Aktif Monitor Pergerakan di Tanah Air

Ada Serangan Teroris di Malaysia, Densus 88 Aktif Monitor Pergerakan di Tanah Air

Nasional
Mahfud Blak-blakan Hubungannya dengan Megawati Semakin Dekat Sesudah Ditunjuk Jadi Cawapres

Mahfud Blak-blakan Hubungannya dengan Megawati Semakin Dekat Sesudah Ditunjuk Jadi Cawapres

Nasional
Mahfud Nilai Pemikiran Megawati Harus Diperhatikan jika Ingin Jadi Negara Maju

Mahfud Nilai Pemikiran Megawati Harus Diperhatikan jika Ingin Jadi Negara Maju

Nasional
Mahfud Pesimistis dengan Pemberantasan Korupsi di Era Prabowo-Gibran

Mahfud Pesimistis dengan Pemberantasan Korupsi di Era Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Akui Langkah Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Polisi Gerus Reputasi Lembaga

KPK Akui Langkah Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Polisi Gerus Reputasi Lembaga

Nasional
Kasus Covid-19 Melonjak di Singapura, Anggota DPR: Kita Antisipasi

Kasus Covid-19 Melonjak di Singapura, Anggota DPR: Kita Antisipasi

Nasional
Mahfud Ungkap Hubungannya dengan Prabowo Selalu Baik, Sebelum atau Setelah Pilpres

Mahfud Ungkap Hubungannya dengan Prabowo Selalu Baik, Sebelum atau Setelah Pilpres

Nasional
Pesimistis KRIS BPJS Terlaksana karena Desain Anggaran Belum Jelas, Anggota DPR: Ini PR Besar Pemerintah

Pesimistis KRIS BPJS Terlaksana karena Desain Anggaran Belum Jelas, Anggota DPR: Ini PR Besar Pemerintah

Nasional
Soal RUU Kementerian Negara, Mahfud: Momentumnya Pancing Kecurigaan Hanya untuk Bagi-bagi Kue Politik

Soal RUU Kementerian Negara, Mahfud: Momentumnya Pancing Kecurigaan Hanya untuk Bagi-bagi Kue Politik

Nasional
Dampak Korupsi Tol MBZ Terungkap dalam Sidang, Kekuatan Jalan Layang Berkurang hingga 6 Persen

Dampak Korupsi Tol MBZ Terungkap dalam Sidang, Kekuatan Jalan Layang Berkurang hingga 6 Persen

Nasional
Mahfud MD Ungkap Kecemasannya soal Masa Depan Hukum di Indonesia

Mahfud MD Ungkap Kecemasannya soal Masa Depan Hukum di Indonesia

Nasional
Jalan Berliku Anies Maju pada Pilkada Jakarta, Sejumlah Parpol Kini Prioritaskan Kader

Jalan Berliku Anies Maju pada Pilkada Jakarta, Sejumlah Parpol Kini Prioritaskan Kader

Nasional
Kunker di Mamuju, Wapres Olahraga dan Tanam Pohon Sukun di Pangkalan TNI AL

Kunker di Mamuju, Wapres Olahraga dan Tanam Pohon Sukun di Pangkalan TNI AL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com