Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerindra: Pak Marzuki, Laporlah ke KPK, Jangan Jadi Badut DPR!

Kompas.com - 14/11/2013, 00:08 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Desakan kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie untuk mengungkap fraksi yang menerima uang "pelicin" terkait proyek Gedung DPR terus berdatangan. Kali ini, Partai Gerindra meminta Marzuki tidak diam dan segera melapor ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Pak Marzuki jangan pakai trik politik. Laporkanlah ke KPK, selesai urusannya. Jangan pakai statement politik," ujar anggota Komisi III dari Fraksi Partai Gerindra, Desmod J Mahesa, saat dihubungi pada Rabu (13/11/2013). Terlebih lagi, imbuh dia, Marzuki tak hanya tahu ada permainan uang tersebut, tetapi juga merupakan penanggung jawab "organisasi" DPR.

Sebagai penanggung jawab, ujar Desmond, Marzuki harus memastikan wibawa DPR terjaga dan membersihkan institusi ini dari praktik korupsi. "Ini semua tergantung Marzuki Alie. Kalau mau DPR berwibawa di masa kepemimpinan dia, ya lapor dong. Harus berwibawa, jangan jadi badut DPR," imbuhnya.

Desmond berpendapat, jika Marzuki tak berani mengambil sikap mengungkap permainan uang di DPR, maka dia tak pantas menjadi negarawan. "Itu seperti pengacara amatiran, kurang kerjaan. Sudah menyebut, tapi tidak menjelaskan," tutur Desmond.

Fraksi dapat jatah proyek gedung

Di dalam laporan majalah Tempo edisi minggu ini, Marzuki disebut menerima uang pelicin sebesar Rp 250 juta dalam proyek Gedung DPR senilai Rp 1,16 triliun. Selain Marzuki, beberapa anggota DPR juga diduga menerima dana dari PT Adhi Karya itu.

Beberapa nama di antaranya adalah Anas Urbaningrum yang saat itu masih menjadi anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat dan Pius Lustrilanang dari Fraksi Partai Gerindra. Proyek itu sendiri akhirnya gagal terlaksana setelah dikecam dari beragam penjuru. Kecaman datang karena gedung itu direncanakan dibangun 36 lantai dengan fasilitas mewah.

Marzuki membantah menerima uang pelicin terkait proyek tersebut. Dia justru mengaku sempat marah ketika tahu ada permainan uang dalam proyek yang semula direncanakan dikerjakan pada 2010-2011 itu. "Suatu ketika ada fraksi yang datang ke saya dan bilang uang yang diterimanya kekecilan," ujar Mazuki, di Kompleks Parlemen, Senin (11/11/2013).

"Saya marah, uang dari mana itu? Ratusan orang catut nama saya, saya sudah dengar sejak lama," ujar Marzuki. Terkait kasus ini Marzuki telah diminta keterangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi pada 28 Oktober 2013.

Marzuki berkeyakinan dia tak menerima satu sen pun uang dari proyek-proyek di DPR. Dia bahkan mengaku pernah mengingatkan Sekjen DPR yang menangani tender proyek di DPR untuk tak mengikutkan orang-orang yang mengaku punya kedekatan dengannya.

"Begitu saya tahu ada permainan uang dalam proyek itu, saya panggil BUMN ke ruangan saya. Saya tahu ini kerjaan BUMN," ucap Marzuki. Dia pun menuding Direktur Operasional PT Adhi Karya Teuku Bagus turut andil dalam aliran dana ini. "Alhamdulillah orang ini akhirnya jadi tersangka, meski untuk kasus lain," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com