Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah VoB: Pernah DO, Manggung di Glastonbury, dan Kritiknya ke Dunia Pendidikan Kita

Kompas.com - 29/06/2024, 16:15 WIB
Syakirun Ni'am,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mata Firda Marsya Kurnia menatap kanan dan kiri ketika menyebut riwayat drop out (DO) yang menimpa tiga personel "Voice of Baceprot" (VoB) saat sekolah menengah atas (SMA) merupakan cerita yang rumit.

Marsya merupakan vokalis sekaligus gitaris VoB, band beraliran metal asal Garut, Jawa Barat.

Kompas.com menemui Marsya ditemani Euis Siti Aisyah (drummer) dan Widi Rahmawati (bassist) sebelum manggung di Soundfest Experience, Kuningan, Jakarta Selatan, pada akhir pekan lalu.

“Kita bermasalah sama sekolah yang pertama,” kata Marsya.

Baca juga: Dobrak Stigma Metal, VoB Kini Ogah Pusingkan Komentar Miring Orang

VoB yang sudah terbentuk sejak mereka duduk di madrasah tsanawiyah (MTS) atau setara SMP, mulai sering diundang untuk tampil.

Pada satu waktu mereka diundang salah satu stasiun televisi. Pembawa acara menanyakan apakah sekolah mendukung mereka bermusik.

Marsya dan dua temannya menjawab dengan jujur mengenai apa yang mereka alami. Sekolah tidak mendukung mereka bermusik.

“Jadi kayak pihak sekolah merasa bahwa kenapa kamu menjelekkan sekolah sedangkan kamu masih di sini? Terus huru hara lah di situ hahaha huru hara,” kata Marsya sembari tertawa.

Beberapa waktu kemudian, kakak Siti dipanggil ke sekolah dan diminta untuk mengundurkan diri.

Baca juga: Marsya VoB: Kami Sudah Nyaman di Kampung, Tiba-tiba Pindah ke Jakarta

Marsya pun kaget sementara orang tuanya tidak mau ke sekolah. Ia pun mogok berangkat ke sekolah selama dua minggu.

“Mereka ketergantungan sama aku,” ujar Siti sembari tertawa lepas.

Sementara itu, Widi tetap bertahan di sekolah. Menurut Marsya, ia mencoba mempertahankan segalanya.

Namun, karena tinggal seorang diri ia diejek teman sekelasnya. Widi memutuskan untuk menyusul dua kawannya.

Mereka kemudian pindah ke sekolah yang belum lama berdiri.

“Kita ke sekolah baru, pihak sekolah baru ngomong kalau kita dari sekolah lama itu di-drop out,” kenang Marsya.

Baca juga: Profil VoB, Grup Band Rock Perempuan Asal Garut yang Mulai Go International

Sekolah baru itu tidak mempermasalahkan riwayat “hitam” trio VoB yang pernah di-DO.

“Mereka sekolahnya baru, butuh promosi. Kita saling membutuhkan,” ujar Marsya terbahak.

Kritik Pendidikan

“Kita enggak tahu sih di tempat lain, tapi yang kita rasain di tempat asal kita itu busuk banget. Sebusuk itu,” ujar Marsya.

Setelah lulus, trio VoB menjadi lebih leluasa mengungkapkan unek-uneknya soal pahitnya dunia sekolah yang mereka alami.

Widi misalnya, mengungkapkan bagaimana salah seorang guru memberikan pemahaman yang begitu kaku dan seksis di dalam kelas.

Salah satu gurunya, seorang perempuan, pernah mengingatkan bahwa hakikatnya perempuan tidak boleh dipertontonkan atau menjadi perhatian banyak orang.

Karena itu, sebagai perempuan Widi dinilai tidak pantas naik ke atas panggung dan dilihat banyak penonton.

Baca juga: VOB Akui Pernah Alami Kekerasan Seksual

“Jadi aku tuh manggung-manggung kayak gitu enggak baik. Katanya, bukan hakikat seorang perempuan,” kenang Widi.

Namun, Widi melihat pernyataan itu bertentangan dengan gurunya sendiri.

“Kan dia diem di depan kelas kan ditonton sama murid ya,” ujarnya tertawa.

Menurut Marsya, guru di sekolahnya saat itu cenderung memaksakan siswa untuk mengikuti kehendak mereka.

Di sekolah, mereka tidak merasakan belajar dengan merdeka karena siswa-siswa cenderung diminta mengikuti kemauan gurunya.

Marsya dan teman-temannya pun merasakan bagaimana kelas yang hanya mereproduksi orang yang sama dari waktu ke waktu, sebagaimana diungkapkan kritikus pendidikan Amerika Latin, Paulo Freire.

Baca juga: Dilarang Orangtua Main Musik Metal, VOB Pernah Diminta Ikuti Jejak Lesti Kejora Bawakan Dangdut

“Jadi lebih ke tugas mereka itu cuma mencetak akhirnya. Jadi mencetak orang-orang yang sama seperti sebelumnya,” kata Marsya.

Tidak hanya itu, mereka juga merasakan bagaimana masa belajar di sekolah diajarkan untuk kompetitif.

Siti misalnya, pernah diceramahi salah satu gurunya bahwa pencapaian VoB manggung di banyak tempat hingga masuk televisi sia-sia karena tidak mendapatkan ranking satu.

“Terus aku jawab, weh, dalam hati tapi, kan sudah ada yang ranting satu kenapa harus saya,” kata Siti disambut tawa lepas dua temannya.

Sekolah yang Diimpikan

Pengalaman masa sekolah yang dirasa tidak menyenangkan itu melatarbelakangi lagu “School Revolution” pada 2018.

Melalui lagu itu, mereka mengungkapkan bagaimana seorang siswa dipaksa mewujudkan mimpi orang lain, mimpi guru-gurunya.

“Bila teriak merdeka bersiaplah ditabok atau dikatain,” bunyi sepenggal lirik lagu itu.

Baca juga: VoB Bakal Sampaikan Kritik Genosida Hingga Lingkungan di Glastonbury Festival

Marsya mengatakan, lagu tersebut diciptakan ketika mereka masih SMP, menceritakan kejenuhannya di sekolah.

Namun, ternyata hari-hari mereka saat itu belum ada apa-apanya dibanding ketika SMA yang berujung pada drop out.

Personel VoB mengaku kelak sekolah bisa mewadahi apapun bakat yang dimiliki para siswa.

Ketika seorang murid tidak pandai dalam ilmu eksakta misalnya, mereka bisa saja ahli dalam bidang olahraga atau seni.

Salah seorang temannya, yang pandai betul menggambar realis hanya dibanggakan setahun sekali oleh gurunya saat event sekolah.

“Sisanya ya udah, dia diperlakukan seperti murid-murid yang tidak pintar dalam matematika dan IPA,” ujar Marsya.

Mencapai Glastonbury

Pernah tidak disukai gurunya hingga didepak dari sekolah, Marsya, Siti, dan Widi justru mencapai panggung Glastonbury, Inggris.

VoB menjadi satu-satunya sekaligus band asal Indonesia yang pertama kali diundang di festival musik dunia tersebut.

Marsya mengatakan, di panggung itu VoB akan menyuarakan krisis kemanusiaan yang terjadi di Palestina sampai masalah lingkungan.

"Isu lingkungan karena kami di sana ada juga ikut gerakan sama GreenPeace," ujar Marsya.

Tiga anak yang didepak mengalami drop out itu, mengguncang Woodsies Stage, Jumat (28/6/2024).

Sejumlah penonton yang terkesima mengunggah komentar-komentar mereka di media sosial.

“Indonesian muslim female metalheads. Representation matters. This earth matters. Your voice matters. Absolutely blown away,” kata salah satu penonton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Korban Asusila Ketua KPU Buka Suara, Bersyukur Hasyim Dipecat

Korban Asusila Ketua KPU Buka Suara, Bersyukur Hasyim Dipecat

Nasional
Kapolda Sumbar: Afif Lompat ke Sungai, Bukan Dianiaya Polisi, Itu Keyakinan Kami

Kapolda Sumbar: Afif Lompat ke Sungai, Bukan Dianiaya Polisi, Itu Keyakinan Kami

Nasional
Ketua KPU Dipecat, Istana: Pilkada Tetap Sesuai Jadwal

Ketua KPU Dipecat, Istana: Pilkada Tetap Sesuai Jadwal

Nasional
PKS Siapkan Antisipasi jika Sohibul Iman Tak Diterima Jadi Pendamping Anies

PKS Siapkan Antisipasi jika Sohibul Iman Tak Diterima Jadi Pendamping Anies

Nasional
Dilaporkan ke Propam karena Kematian Afif, Kapolda Sumbar: Saya Pembela Kebenaran

Dilaporkan ke Propam karena Kematian Afif, Kapolda Sumbar: Saya Pembela Kebenaran

Nasional
Ketua KPU Dipecat DKPP soal Asusila, Korban Didorong Lapor Polisi

Ketua KPU Dipecat DKPP soal Asusila, Korban Didorong Lapor Polisi

Nasional
Duet Anies-Andika Lebih Realitis ketimbang Anies-Sohibul Iman

Duet Anies-Andika Lebih Realitis ketimbang Anies-Sohibul Iman

Nasional
Jokowi Segera Terbitkan Keppres Pemberhentian Hasyim Asy'ari dari Ketua KPU

Jokowi Segera Terbitkan Keppres Pemberhentian Hasyim Asy'ari dari Ketua KPU

Nasional
Ketua KPU Diberhentikan karena Tindakan Asusila, Komisi II DPR: Ini Sangat Buruk

Ketua KPU Diberhentikan karena Tindakan Asusila, Komisi II DPR: Ini Sangat Buruk

Nasional
Hasyim Asy'ari Bersyukur Dipecat DKPP, Bebas dari Beban Berat Ketua KPU

Hasyim Asy'ari Bersyukur Dipecat DKPP, Bebas dari Beban Berat Ketua KPU

Nasional
Pemecatan Hasyim Asy'ari Diharap Selamatkan Citra KPU

Pemecatan Hasyim Asy'ari Diharap Selamatkan Citra KPU

Nasional
Jokowi Setujui Aturan Ibu Hamil Berhak Cuti Melahirkan hingga 6 Bulan

Jokowi Setujui Aturan Ibu Hamil Berhak Cuti Melahirkan hingga 6 Bulan

Nasional
Cerita Keluarga Afif Maulana, Dimarahi Polisi hingga Diminta Tanda Tangan Agar Kasus Tak Dilanjutkan

Cerita Keluarga Afif Maulana, Dimarahi Polisi hingga Diminta Tanda Tangan Agar Kasus Tak Dilanjutkan

Nasional
Ketua KPU Hasyim Asy'ari Dipecat DKPP, Bawaslu Diminta Kawal Putusan

Ketua KPU Hasyim Asy'ari Dipecat DKPP, Bawaslu Diminta Kawal Putusan

Nasional
Putusan DKPP Pecat Ketua KPU Langkah Progresif dan Diapresiasi

Putusan DKPP Pecat Ketua KPU Langkah Progresif dan Diapresiasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com