Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesan Paskah 2024 Uskup Agung Jakarta Soroti Meritokrasi di Parpol

Kompas.com - 01/04/2024, 03:02 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keuskupan Agung Jakarta menganggap sistem dan partai politik di Indonesia saat ini gagal mengedepankan prinsip meritokrasi.

Hal itu disampaikan Uskup Keuskupan Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo dalam pesan Paskah 2024.

Suharyo mengutip pernyataan itu dari buku berjudul "Mimpi tentang Indonesia" yang diterbitkan pada 2023 dan disunting oleh Budiman Tanuredjo.

Menurut Suharyo, seorang individu yang berkecimpung di dunia politik seharusnya menjalani kariernya secara berjenjang, dan tidak bisa mendadak menduduki posisi tertinggi di dalam partai.

Baca juga: Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

"Itu maksudnya. Jadi mestinya kalau mau terlibat di politik mesti sekolah dahulu. Tidak tiba-tiba, tidak memiliki latar belakang apapun, menjadi tokoh, di dalam (politik) tidak bisa," kata Suharyo dalam jumpa pers di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Minggu (31/3/2024), dikutip dari Tribunnews.com.

Suharyo mengatakan, individu yang berkecimpung di dunia politik seharusnya merasakan berkarier dari posisi paling bawah, misalnya dari kepengurusan ranting, cabang, daerah, sampai pusat.

Jika dianggap berprestasi atau loyal serta memiliki bakat buat menjadi politikus ulung, maka barulah individu itu dipertimbangkan buat diusung menjadi pimpinan.

Baca juga: Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati


Suharyo mengatakan, praktik karier berjenjang berdasarkan kemampuan dan prestasi itulah yang dinamakan meritrokrasi yang mestinya diutamakan di dalam proses kaderisasi di dalam partai politik.

"Saya mengambil contoh beberapa waktu lalu saya ditanya oleh seorang Caleg diminta untuk mendukung Caleg itu. Saya tidak kenal, maka saya bertanya Anda sudah berbuat apa untuk masyarakat?" ujar Suharyo.

Suharyo mengatakan, jika seorang individu mendadak meminta dukungan politik tetapi sebelumnya tidak berkontribusi terhadap masyarakat atau rekam jejaknya di partai politik hanya sebagai kader "karbitan" maka hal itu mestinya memicu kecurigaan masyarakat.

"Lain halnya kalau dia menjadi aktivis di dalam lingkungan masyarakatnya. Misalnya menggerakkan para petani. Atau menghimpun para penjual tempe dibina supaya tempenya menjadi lebih lebih," ucap Suharyo.

Baca juga: Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Suharyo mengatakan, jika seseorang sudah berkontribusi untuk masyarakat, artinya individu itu memiliki modal buat meraih dukungan politik walaupun kecil.

"Tetapi kalau belum membuat apa-apa sudah mau jadi caleg lebih baik tidak usah saja. Maaf saya harus mengatakan demikian, sama dengan di dalam partai politik," ujar Suharyo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com