Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Kembalikan Jakarta kepada Warganya

Kompas.com - 17/03/2024, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Meminjam istilah sosiologi perkotaan dari Emile Durkheim, pemerintah pusat harus membiarkan "Solidaritas Organik" berkembang di Jakarta sebagai spirit pembangunan ekonomi bisnis nasional.

Menurut Durkheim, solidaritas organik adalah tatanan sosial berdasarkan perbedaan sosial, pembagian kerja yang kompleks di mana terdapat spesialisasi dalam berbagai pekerjaan berbeda, yang tumbuh secara organik.

Di dalam konsep solidaritas organik ini, kebebasan menentukan pilihan pekerjaan dan usaha bisa menciptakan integrasi sosial baru yang mampu melahirkan bentuk kohesi sosial baru berdasarkan asas saling ketergantungan satu sama lain.

Dalam kajian sosiologi perkotaan, solidaritas organik adalah bahan dasar yang menguatkan keberadaan masyarakat industri sebagai fondasi sosial proses industrialisasi.

Jadi, keterlibatan aktor politik yang terlalu intens di dalam urusan ekonomi bisnis selama ini telah membebani kinerja investasi Indonesia.

Di awal pemerintahan Jokowi, angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) sudah terbilang rendah, 5 persenan. Namun hampir 10 tahun Jokowi berkuasa, biaya investasi semakin mahal. Angka ICOR nasional sempat mencapai 7, hanya turun sampai 6,8 di tahun lalu.

Jadi keinginan pemerintah pusat untuk tetap cawe-cawe di Jakarta, apalagi atas alasan politis dalam rangka memberikan "landing space" kepada anak dan lainnya, sangat tidak produktif untuk perkembangan Jakarta sebagai kawasan ekonomi bisnis dan pusat finansial nasional.

Keinginan tersebut menyimpan beban ekonomi yang besar bagi masa depan kemajuan Jakarta sendiri.

Jika memang Jakarta diaspirasikan akan dikembangkan seperti New York, pemerintah pusat harus berhenti memandang Jakarta sebagai "ATM" untuk urusan politik dan kekuasaan.

Pemerintah pusat semestinya fokus ke IKN dan membiarkan Jakarta berkembang layaknya New York di bawah gubernur pilihan rakyat Jakarta dan dikembangkan berdasarkan aspirasi rakyat Jakarta sendiri. Itu akan jauh lebih baik untuk perekonomian Jakarta dan nasional ke depannya.

Dari gambaran pengalaman selama sepuluh tahun ke belakang, sudah bisa dibayangkan akan seperti apa nantinya Jakarta jika berada di bawah kekuasaan dan pengawasan wakil presiden yang notabene adalah anak presiden hari ini, apalagi langsung di bawah presiden.

Selain akan terjadi tumpang tindih wewenang, juga akan muncul ketakutan di Jakarta bahwa masih "titipan" Jokowi yang tertinggal di Jakarta.

Dan yang lebih penting lagi, independensi dan otonomi Jakarta sebagai provinsi harus dihormati setelah pemerintah secara sepihak memutuskan mendegradasi status khusus ibu kota Jakarta menjadi daerah khusus semata.

Cengkeraman pusat selama ini telah menelan identitas Jakarta sebagai provinsi. Sudah saatnya pemerintah pusat fokus ke IKN dan urusan nasional lainnya yang jauh lebih penting, ketimbang tetap cawe-cawe di Jakarta, apalagi berniat tetap menjadikan Jakarta sebagai ATM politik para punggawa IKN.

Jika memang sudah tak mau lagi di Jakarta dan memilih Kalimantan, jika memang takut tenggelam di Jakarta, maka sebaiknya kembalikan Jakarta secara baik-baik kepada masyarakat Jakarta. Itu akan jauh lebih baik dan bijaksana bagi pemerintah pusat. Semoga!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

554 Kloter Jemaah Haji Reguler Sudah Kantongi Visa, Siap Berangkat Mulai 12 Mei

554 Kloter Jemaah Haji Reguler Sudah Kantongi Visa, Siap Berangkat Mulai 12 Mei

Nasional
Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

Nasional
PAN Gelar Rakornas Pilkada Serentak, Prabowo Subianto Bakal Hadir

PAN Gelar Rakornas Pilkada Serentak, Prabowo Subianto Bakal Hadir

Nasional
KPK Ancam Pidanakan Pihak yang Halangi Penyidikan TPPU Gubernur Malut

KPK Ancam Pidanakan Pihak yang Halangi Penyidikan TPPU Gubernur Malut

Nasional
KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada 'Abuse of Power'

Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada "Abuse of Power"

Nasional
Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Nasional
Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Nasional
Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Nasional
Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Nasional
Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Nasional
Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Nasional
Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Nasional
Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Nasional
Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com