Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Virdika Rizky Utama
Peneliti PARA Syndicate

Peneliti PARA Syndicate dan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik, Shanghai Jiao Tong University.

Jenderal Kehormatan Prabowo dan Pengabaian Keadilan

Kompas.com - 29/02/2024, 15:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Erosi kepercayaan ini dapat menimbulkan konsekuensi luas, mulai dari berkurangnya rasa hormat terhadap supremasi hukum hingga meningkatnya sinisme dan sikap apatis di kalangan masyarakat.

Keputusan ini berimplikasi pula pada posisi Indonesia di panggung internasional. Dunia mengamati dengan seksama bagaimana Indonesia menapaki jalan menuju demokrasi.

Menghormati seorang tokoh yang terkait dengan pelanggaran kemanusiaan di masa lalu berisiko merusak reputasi kita sebagai negara yang berkomitmen terhadap keadilan dan HAM.

Hal ini dapat berimplikasi pada hubungan diplomatik serta kemampuan kita untuk menarik investasi asing, dan peran sebagai pemimpin regional ASEAN.

Mempromosikan Prabowo juga menimbulkan kekhawatiran mengenai pesan tersirat kepada anggota angkatan bersenjata dan aparat keamanan yang lebih luas.

Hal ini menunjukkan, seberapa menyedihkan tindakan masa lalu dapat diabaikan demi mengejar kekuasaan atau kepentingan politik.

Tentu putusan itu dapat menjadi dorongan orang lain di dalam jajaran untuk bertindak tanpa dasar hukum, karena tahu tindakan mereka dapat dimaafkan dan bahkan dihargai.

Pencalonan Prabowo juga menimbulkan kekhawatiran tentang akuntabilitas sejarah yang berpotensi mengarah pada penggambaran kembali era Orde Baru.

Dapat dibayangkan di masa mendatang, Suharto mungkin akan dianugerahi gelar pahlawan nasional secara anumerta, terlepas dari warisan kontroversialnya, seperti pelanggaran HAM dan korupsi.

Meskipun pengakuan Jokowi atas pelanggaran HAM berat merupakan langkah menuju rekonsiliasi, namun pengangkatan tadi menimbulkan keraguan atas komitmen pemerintah untuk mengatasi ketidakadilan di masa lalu.

Perkembangan ini menantang integritas ingatan kolektif kita dan prinsip-prinsip akuntabilitas.

Keputusan ini dapat dilihat sebagai langkah awal menuju penghapusan atau distorsi yang lebih luas terhadap kebenaran sejarah, terutama terkait dengan era Orde Baru dan peran tokoh-tokoh seperti Prabowo, dengan kaitan erat ke rezim tersebut sebagai mantan menantu Soeharto.

Kemungkinan revisi atau penghapusan pelajaran sejarah yang penting dari kurikulum sekolah merupakan keprihatinan besar.

Hal ini merupakan upaya untuk menutupi masa lalu, serta menyangkal kesempatan generasi masa depan untuk belajar dari kesalahan sejarah dan memahami dinamika kompleks yang telah membentuk bangsa mereka.

Sejarah dalam bentuknya yang tak dipernis berfungsi sebagai cermin reflektif kemenangan dan kegagalan suatu masyarakat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Momen Presiden Jokowi Jamu Santap Malam dengan Delegasi KTT WWF Ke-10 di GWK

Momen Presiden Jokowi Jamu Santap Malam dengan Delegasi KTT WWF Ke-10 di GWK

Nasional
Sudah Diingatkan Malu kalau Kalah, Anies Tetap Pertimbangkan Serius Pilkada DKI Jakarta

Sudah Diingatkan Malu kalau Kalah, Anies Tetap Pertimbangkan Serius Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Kejanggalan Kematian Prajurit Marinir Lettu Eko Ketika Bertugas di Papua...

Kejanggalan Kematian Prajurit Marinir Lettu Eko Ketika Bertugas di Papua...

Nasional
Gugatan Praperadilan Sekjen DPR Lawan KPK Digelar 27 Mei 2024

Gugatan Praperadilan Sekjen DPR Lawan KPK Digelar 27 Mei 2024

Nasional
Penambahan Jumlah Kementerian dan Hak Prerogatif Presiden

Penambahan Jumlah Kementerian dan Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Saat Anies 'Dipalak' Bocil yang Minta Lapangan Bola di Muara Baru...

Saat Anies "Dipalak" Bocil yang Minta Lapangan Bola di Muara Baru...

Nasional
Anies Kini Blak-blakkan Serius Maju Pilkada Jakarta, Siapa Mau Dukung?

Anies Kini Blak-blakkan Serius Maju Pilkada Jakarta, Siapa Mau Dukung?

Nasional
Persoalkan Penetapan Tersangka, Gus Muhdlor Kembali Gugat KPK

Persoalkan Penetapan Tersangka, Gus Muhdlor Kembali Gugat KPK

Nasional
Anies ke Warga Jakarta: Rindu Saya Enggak? Saya Juga Kangen, Pengen Balik ke Sini...

Anies ke Warga Jakarta: Rindu Saya Enggak? Saya Juga Kangen, Pengen Balik ke Sini...

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Titip 4 Nama ke Kabinet Prabowo | Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

[POPULER NASIONAL] Jokowi Titip 4 Nama ke Kabinet Prabowo | Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

Nasional
Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Bamsoet Sebut Golkar Siapkan Karpet Merah jika Jokowi dan Gibran Ingin Gabung

Nasional
ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

Nasional
Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Nasional
Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Nasional
Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com