Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Virdika Rizky Utama
Peneliti PARA Syndicate

Peneliti PARA Syndicate dan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik, Shanghai Jiao Tong University.

Debat Cawapres: Muhaimin dan Mahfud Bicara Kebijakan dan Visi-Misi, Gibran Merendahkan Diri

Kompas.com - 22/01/2024, 09:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di tengah meningkatnya impor pangan, berkurangnya jumlah petani, dan meningkatnya subsidi pupuk, Mahfud secara kritis mengevaluasi program lumbung pangan pemerintah, dan menyatakan bahwa program tersebut gagal dan merusak lingkungan.

Argumennya menyoroti isu-isu yang lebih luas tentang ketidakkonsistenan kebijakan dan dampaknya terhadap sektor agraria, komponen penting dalam perekonomian dan tatanan sosial Indonesia.

Sebaliknya, pendekatan Gibran selama debat mengisyaratkan penyimpangan dari fokus pada isu-isu substantif.

Dalam menanggapi pernyataan Muhaimin mengenai dampak perubahan iklim terhadap ketersediaan pangan, jawaban Gibran yang mengatakan bahwa Muhaimin membaca dari catatan seolah mengesampingkan bobot isu tersebut.

Gayanya, yang ditandai dengan upaya-upaya untuk melucu dan sedikit sarkasme, menyimpang dari aspek-aspek substantif debat, mengindikasikan preferensi pada gaya daripada substansi.

Sebaliknya, penampilan Gibran tidak terlalu baik. Presentasinya kurang jelas, terutama saat segmen tanya jawab dengan sesama kandidat.

Sebagai putra dari presiden yang sedang menjabat, Gibran diharapkan dapat membawa perspektif dan energi baru dalam debat.

Namun, ketidakmampuannya untuk mengartikulasikan visi dan misinya secara koheren seharusnya bisa jauh lebih baik.

Penampilan Gibran tidak hanya jauh dari harapan, tetapi juga menimbulkan pertanyaan serius tentang kualitas wacana politik yang diwakilinya.

Sebagai kandidat muda yang diharapkan dapat membawa perspektif baru dan menyegarkan ke atas panggung, ketergantungannya pada taktik yang dangkal merupakan kesalahan besar.

Pendekatannya, yang dirusak oleh kurangnya kedalaman dan ketidaktertarikan untuk terlibat dengan isu-isu dengan tulus, merupakan kerugian bagi proses demokrasi.

Ini adalah pengingat yang jelas bahwa warisan politik atau hubungan kekeluargaan seharusnya tidak menutupi kebutuhan akan kompetensi dan pemahaman substantif tentang isu-isu tersebut.

Perilaku Gibran dalam debat tersebut bukan hanya kegagalan pribadi, tetapi juga merupakan cerminan dari tren yang mengkhawatirkan dalam politik di mana bentuk lebih penting daripada substansi, preseden yang tidak dapat diterima oleh Indonesia.

Penting bagi semangat wacana politik, generasi muda harus didorong untuk bersikap kritis dan berani, tetapi tetap hormat. Penampilan Gibran mengaburkan batas antara bersikap kritis dan menghina serta merendahkan.

Memahami perbedaan antara ketegasan dan kekasaran sangat penting bagi para calon politikus muda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

Nasional
PAN Gelar Rakornas Pilkada Serentak, Prabowo Subianto Bakal Hadir

PAN Gelar Rakornas Pilkada Serentak, Prabowo Subianto Bakal Hadir

Nasional
KPK Ancam Pidanakan Pihak yang Halangi Penyidikan TPPU Gubernur Malut

KPK Ancam Pidanakan Pihak yang Halangi Penyidikan TPPU Gubernur Malut

Nasional
KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada 'Abuse of Power'

Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada "Abuse of Power"

Nasional
Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Nasional
Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Nasional
Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Nasional
Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Nasional
Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Nasional
Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Nasional
Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Nasional
Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Nasional
Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Nasional
Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com