Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hamid Awaludin

Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia.

Siapa yang Membiayai Ibu Kota?

Kompas.com - 15/01/2024, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Penguasaan Asing

Tatkala investor asing sebanyak 75 persen tersebut berlomba, misalnya, membangun infrastruktur gedung, baik untuk perkantoran atau pun rumah tinggal, itu berarti kepemilikan gedung-gedung atau bangunan lainnya, otomatis milik para investor asing tersebut.

Maka, besar kemungkinan pemerintah akan menyewa gedung-gedung milik para investor asing tersebut, untuk menjalankan roda pemerintahan.

Begitu juga perumahan. Para pejabat negeri kita, terutama aparat sipil negara, akan menempati rumah sewaan yang dibiayai oleh negara.

Nah, di sinilah masalah krusialnya karena kita akan kerepotan berurusan dengan agenda sosial yang sangat sensitif, yakni: “Ibu Kota Negara Indonesia adalah milik asing. Bukan milik Indonesia.”

Dengan mudah dinujum, betapa kalutnya persoalan sosial yang bakal kita hadapi. Apalagi, di negeri kita hingga kini, isu dan agenda kohesi sosial belum sepenuhnya terjadi.

Di sana sini, dari waktu ke waktu, dikotomi penguasaan aset-aset sosial dan ekonomi yang dikaitkan dengan agenda ras, masih selalu membara.

Sekam agenda dan isu tersebut sama sekali belum padam. Setiap saat bara sekam tiba-tiba menjadi api yang menyulut dan membakar ke mana-mana.

Padahal, kepemilikan aset-aset ekonomi tersebut masih dalam tangan warga negara Indonesia sendiri, yang kebetulan hanya memiliki ras tertentu.

Bagaimana lagi bila aset-aset ekonomi di ibu kota negara yang baru kelak, dipunyai oleh investor yang bukan warga negara Indonesia. Ini super sensitif.

Tentu pemerintah akan mengatakan bahwa investor yang membangun gedung-gedung, tidak memilikinya, tetapi menggunakan sistem BOT (build operate transfer).

Namun sebelum transfer itu terjadi ke negara, kan investor yang menguasainya selama 190 tahun. Artinya, selama masa itu, pemerintah akan menyewa gedung-gedung tersebut. Apakah baju pelampung agenda ini sudah disiapkan?

Agenda lainnya, kalkulasi dan rincian anggaran untuk setiap proyek yang hendak dibangun, sebaiknya secara serius dilakukan dan dibuka luas.

Kita dapat pelajaran yang amat berharga dari pembangunan jalur kereta cepat Bandung-Jakarta. Anggaran tiba-tiba dibengkakkan oleh China yang memenangkan tender.

Kita pun semua terkaget-kaget dibuatnya. Bila kita tidak menutupi anggaran yang membengkak itu, maka proyek tersebut pasti mangkrak. Bila kita hendak mengikutinya, uangnya dari mana? Ini yang disebut: maju kena, mundur kena.

Semua itu terjadi karena perencanaan yang tidak matang. Semuanya serba dikebut untuk hasil yang bernama citra dan reputasi. Seolah-olah pemerintah tidak sukses bila tidak membangun mega proyek bangunan, infrastruktur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Nasional
Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Nasional
Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Nasional
Kabaharkam Siapkan Strategi Pengamanan Khusus di Akses Masuk Pelabuhan Jelang WWF ke-10 di Bali

Kabaharkam Siapkan Strategi Pengamanan Khusus di Akses Masuk Pelabuhan Jelang WWF ke-10 di Bali

Nasional
Ketua KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada, Pakar: Jangan-jangan Pesanan...

Ketua KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada, Pakar: Jangan-jangan Pesanan...

Nasional
Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur jika Maju Pilkada, Ketua KPU Dinilai Ingkari Aturan Sendiri

Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur jika Maju Pilkada, Ketua KPU Dinilai Ingkari Aturan Sendiri

Nasional
Minta La Nyalla Kembali Pimpin DPD RI, Fahira Idris: Penguatan DPD RI Idealnya Dipimpin Sosok Pendobrak

Minta La Nyalla Kembali Pimpin DPD RI, Fahira Idris: Penguatan DPD RI Idealnya Dipimpin Sosok Pendobrak

Nasional
Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Nasional
Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Nasional
Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Nasional
“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com