Motif pembangunan jalur kereta cepat itu lebih banyak muatan politisnya dibanding niat tulus meringankan beban dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Menurut informasi, proyek kereta cepat Bandung-Jakarta, dibangun dengan motif, menyenangkan hati rakyat Jawa Barat.
Maklum, dalam pemilihan presiden tahun 2014, Jokowi-Jusuf Kalla, kalah di provinsi tersebut. Maka, untuk memenangkan pemilihan presiden berikutnya, yakni 2019, dikebutlah pembangunan jalur kereta cepat itu. Hasilnya, ya, itu tadi: anggaran membengkak.
Proyek pemindahan Ibu Kota Negara, sudah menjadi domain Presiden Jokowi. Sejarah tidak bakal menghapusnya. Apalagi, sudah menjadi undang-undang. Menjadi inisiator sesuatu, tidak serta merta berarti harus dinikmati pada saat kita menjadi pengendali.
Saya pun kian rajin membaca dokumen sejarah belakangan ini. Setiap gelar pahlawan nasional disematkan pada diri seseorang, gelar dan status itu diberikan pada saat Sang legenda tidak sedang, misalnya berperang, atau mengendalikan kekuasaan untuk menebar kebaikan.
Legasi adalah status dan simbol tentang jejak kebaikan yang telah dilakukan. Bukan untuk dinikmati pada saat itu. Begitulah harapan saya sebagai rakyat.
Dan yang paling penting, peristiwa Malari 1974, jangan terulang lagi. Pelajaran yang paling penting, dan amat berharga adalah pelajaran yang diajarkan oleh sejarah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.