Industrialisasi semua sektor dalam negeri diperlukan untuk memastikan kita keluar dari ekonomi yang bercorak kapitalisme semu.
Stabilitas ekonomi sejatinya tidak boleh dipojokkan atas nama tekanan politik. Kita pernah mengalami kebijakan yang diperlukan untuk menggairahkan ekonomi, tetapi publik diarahkan untuk menolak.
Kita pernah juga mengalami tekanan untuk aneka subsidi yang membebani, walaupun manfaatnya lebih kepada kelas menengah atas, atau kepuasan segelintir dalam jangka pendek, ditambah beban insentif pajak dan kebijakan perdagangan yang lebih mempertimbangkan tekanan publik.
Seperti kata orang bijak, jalan para pejuang adalah jalan sepi. Begitupun dalam ekonomi politik, kebijakan yang rasional kerap minim dukungan dan sepi tepuk tangan.
Namun untuk menyelamatkan agenda jangka panjang, pemimpin perlu mengambil risiko untuk menggelorakan ekonomi.
Mewujudkan kemajuan Indonesia kedepan, butuh lompatan yang memihak pada kebijakan rasional dan proporsional.
Populisme program ekonomi, ketimbang kebijakan rasional, tidak akan mendorong kemandirian dan kemajuan ekonomi seperti riset-riset yang dikemukan di atas.
Seperti mimpi-mimpi utopis Karl Marx yang memimpikan “suatu masyarakat di mana orang-orang bekerja hanya 4 jam di pagi hari, pergi memancing di siang hari, dan menghabiskan senja hingga malam hari dengan membaca puisi.”
Janji para populis seperti bualan Marx itu, tinggal kita memilih hidup dalam bualan atau menghadapi kenyataan hadapi kemajuan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.