Menurut dia, simbiosis mutualisme antara Golkar dan Jokowi sudah terjadi sejak lama. Sebab, Golkar selalu menyukseskan program pemerintahan Jokowi.
"Golkar terbuka buat siapa pun, apalagi Pak Jokowi. Ketum Golkar selalu menyukseskan program Pak Jokowi, mulai dari penanganan Covid, ekonomi stabil, dan stabilitas pembangunan IKN (Ibu Kota Negara Nusantara)," kata Nurul.
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam berpendapat, pakaian yang dikenakan Jokowi saat hendak bertolak ke Jepang kemarin bukan hanya merepresentasikan identitas Partai Golkar. Tapi, lebih jauh lagi, menunjukkan citra partai politik pengusung calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Sebabnya, selain memakai dasi kuning, Jokowi juga memakai kemeja warna putih, lalu setelan jas berwarna biru.
“Semua merepresentasikan warna partai-partai politik parlemen pendukung Prabowo-Gibran. Warna kuning jelas merepresentasikan Golkar, warna setelan jas biru mewakili Partai Demokrat dan PAN. Sedangkan kemeja putih merepresentasikan Partai Gerindra,” kata Umam kepada Kompas.com, Rabu (20/12/2023).
“Jadi, pakaian yang presiden kenakan saat itu merupakan campuran komposisi warna Koalisi Indonesia Maju,” tuturnya.
Umam pun menilai, terbuka peluang bagi Jokowi merapat ke Partai Golkar. Apalagi, baru-baru ini Jokowi mengaku nyaman dengan Golkar, pun partai beringin terbuka untuk Kepala Negara.
“Peluang Jokowi mendekat ke Golkar tentu terbuka. Praktis tidak ada hambatan ideologis maupun politik jika Jokowi dan keluarganya akan merapat ke Golkar,” ujarnya.
Umam mengatakan, pascahubungan Presiden dengan PDI-P renggang, Jokowi dan keluarga memang tampak hangat dengan Golkar.
Bahkan, sempat beredar kabar bahwa putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, bakal “dikuningkan”. Isu ini berembus kencang ketika Gibran diumumkan sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto.
Namun, Umam berpandangan, Jokowi dan keluarga tak ingin terburu-buru mengambil langkah politik. Manuver Jokowi bergantung dari dinamika politik ke depan.
“Sambil wait and see, menanti perkembangan dinamika politik ke depan supaya tidak memicu serangan politik yang lebih dahsyat dari PDI-P,” ujarnya.
Umam menduga, Jokowi akan cenderung “bermain aman”. Meski kini renggang, mantan Gubernur DKI Jakarta itu diyakini bakal mencari peluang untuk memperbaiki hubungan dengan PDI-P.
Baca juga: Jokowi Dinilai Berpeluang Merapat ke Golkar, Tak Ada Hambatan Politik
Peluang rujuk antara Jokowi dan PDI-P pun dinilai masih terbuka, bergantung pada hasil Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.
“Kemarahan di internal PDI-P bisa saja mereda ketika mereka dibenturkan dengan kenyataan hasil pilpres nanti, terutama jika pasangan capres-cawapres Ganjar-Mahfud yang PDI-P usung ternyata tidak sekompetitif yang dibayangkan sebelumnya,” kata Umam.