JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Ruhut Sitompul menilai bahwa calon presiden (capres) nomor urut 1 Anies Baswedan hanya pintar menunjuk hidung orang lain saat menyinggung praktik "orang dalam" dalam debat capres pada Selasa (12/12/2023) kemarin.
"Mengenai ordal (orang dalam) ini, ini mohon maaf Anies hanya pintar menunjuk hidung orang lain, tapi dia tak belajar menunjuk hidungnya," kata Ruhut di Media Center TPN, Jakarta, Kamis (14/12/2023).
Ruhut berpandangan bahwa Anies juga melakukan praktik orang dalam saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada periode 2017-2022.
Baca juga: Anies: Fenomena Orang Dalam Ini Menyebalkan, Negeri Ini Rusak
Menurut dia, Anies mengangkat orang-orang dekat sekaligus tim suksesnya menjadi anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP).
"Lupa waktu jadi gubernur dengan TGUPP, lupa dia? Ordalnya dia itu tim sukses dia semua itu di sana. Berapa banyak APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) untuk membayar gajinya?" tanya Ruhut.
Selain soal ordal, Ruhut juga menilai Anies hanya menunjuk hidung orang lain saat menyinggung isu hak asasi manusia (HAM).
Dalam pandangannya, Anies punya rekam jejak yang buruk di sektor HAM karena perpecahan yang terjadi ketika berlaga pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 lalu.
"Dunia juga mengutuk kejadian pilgub waktu mengantarkan beliau menjadi gubernur, itu ngeri sekali, ngeri banget kalau kata orang Betawi. Di sana, maaf saja, character assasination, fitnah, SARA (suku, agama, ras, antargolongan), dan hal lain sebagainya dilakukan," kata Ruhut.
Baca juga: ICJR: Prabowo yang Tak Jawab soal Orang Dalam di Balik Pencalonan Gibran Bikin Pemilih Ragu
Diberitakan sebelumnya, Anies Baswedan menyinggung fenomena orang dalam yang semakin menjadi-jadi di Indonesia dalam debat capres perdana.
Anies mengatakan, di setiap aspek kini butuh orang dalam alias ordal agar seorang bisa diterima bekerja.
"Fenomena Ordal ini menyebalkan, di seluruh Indonesia kita menghadapi fenomena ordal. Mau ikut kesebelasan ada oradalnya, mau jadi guru ordal, mau masuk sekolah ada ordal, mau dapat tiket konser ada ordal, ada ordal di mana-mana yang membuat meritokrasi enggak berjalan, yang membuat etika luntur," kata Anies, Selasa malam.
Anies mengungkapkan, fenomena "orang dalam" itu tidak hanya di masyarakat tapi juga terjadi di proses yang paling puncak kekuasaan.
Baca juga: Ogah Tanggapi Kritik Anies soal Orang Dalam di Pencalonan Gibran, Prabowo: Rakyat yang Menilai
Menurut dia, karena terjadi pada puncak kekuasaan, wajar rakyat kebanyakan akan menganggap fenomena tersebut lumrah.
"Beberapa waktu lalu, beberapa orang guru berjumpa dengan saya mengatakan "Pak di tempat kami pengangkatan guru-guru didasarkan ordal, kalau tidak ada ordal, enggak bisa jadi guru enggak bisa diangkat". Lalu, apa jawabannya "atasan saya bilang wong yang di Jakarta saja pakai ordal kenapa kita yang di bawah enggak boleh pakai ordal," ujar Anies.
"Negeri ini rusak apabila tatanan itu tidak hilang," katanya lagi menekankan.
Baca juga: Anies: Fenomena Orang Dalam Ini Menyebalkan, Negeri Ini Rusak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.