Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obituari Achmad Subechi, Wartawan Jalanan Berjiwa Proletar

Kompas.com - 03/12/2023, 22:35 WIB
Heru Margianto,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Suatu sore Achmad Subechi (Pemred Kompas.com 2014 – 2016) mendatangi meja saya. Ia mengajak saya menjenguk wartawan Kompas.com yang sedang menjalani pemulihan dari sakitnya di kampung halamannya di Tasikmalaya, Jawa Barat.

“Mbonk, ayo kita nengok Farid ke Tasik,” ajak Mas Bechi.

"Kita berdua saja. Bawa mobil kantor. Kamu yang nyupir, ya,” kata dia lagi.

Sore itu juga kami meluncur ke Tasikmalaya. Mas Bechi memang orang yang penuh spontanitas dan sangat egaliter.

Meskipun menduduki posisi tertinggi di ruang redaksi, ia menganggap semua orang di ruang redaksi adalah temannya sesama wartawan, bukan bawahan.

Mungkin karena ia besar di jalanan, baik perjalanan hidupnya maupun perjalanan panjang jurnalistiknya sebagai wartawan. Karena itu, rasa solidaritasnya amat tinggi. Setiap kali tahu ada teman sejawatnya yang mengalami kesusahan, ia akan spontan bergerak.

“Aku ini anak jalanan, Mbonk,” kata dia di dalam mobil dengan logat Surabayanya yang kental.

Mas Bechi tidak sedang bermetafora. Ia lahir dan besar di Surabaya. Sejak SD ia mengaku memang jarang di rumah. Ia bisa tinggal di mana saja di luar rumah selama berhari-hari. Pulang ke rumah sekadar ganti pakaian lalu pergi lagi.

Pernah waktu SMP, ia pergi meninggalkan rumah dan sekolahnya di Surabaya, Jawa Timur, selama 2 minggu untuk pergi ke Jakarta.

Ceritanya, waktu itu ia sangat pengin pergi melihat kota Jakarta. Hanya sekadar pengin tahu saja karena ia penasaran seperti apa ibu kota Indonesia itu. Ia sering mendengar cerita tentang Jakarta yang serba “wah”.

“Tapi kan aku masih SMP. Enggak punya uang. Akhirnya aku nemu akal. Aku sering lihat truk-truk kontainer datang dari Jakarta. Aku dekati sopirnya, aku ajak ngobrol. Terus, aku menawarkan diri untuk bantu-bantu dia di truk. Dianya mau. Jadilah aku ke Jakarta sama dia."

"Dua minggu bolak-balik perjalanan Surabaya-Jakarta-Surabaya. Aku bisa lihat Jakarta plus dapat uang,” cerita dia.

“Lho, Bapak Ibu sampeyan enggak nyariin, toh?” tanya saya heran.

“Enggak. Aku kan emang biasa menghilang,” kata dia sambil tertawa.

Sebagai wartawan, Mas Bechi juga kenyang di jalanan. Ia merintis kariernya di Harian Surya sejak 1989.

Ia bergabung Grup Tribun (PT Indopersda) ketika anak perusahaan Kompas Gramedia itu mengakuisisi harian Surya. Ia ditugaskan ke Jakarta pada 1996 sebagai bagian dari Biro Surya di Jakarta.

Pada 2003 PT Indopersda mulai menerbitkan koran lokal pertamanya dengan brand Tribun di Kalimantan Timur , Tribun Kaltim. Ia ikut membidani anak sulung brand Tribun itu hingga kemudian menjadi pemimpin redaksi di sana pada 2008-2014.

Dengan segala pengalamannya, pada tahun 2014 ia diminta untuk menjadi pemimpin redaksi Kompas.com menggantikan mas Taufik Mihardja yang berpulang karena sakit.

Ia mudah bergaul dengan siapa saja. Orang juga cepat akrab dengannya karena pembawaannya yang sangat ramah dan penuh antusias.

Ia selalu menyapa orang lebih dulu, tak peduli orang itu lebih tua atau lebih muda darinya. Ia tak mengenal batas pertemanan. Selalu senang berdiskusi dengan siapa saja. Tak heran jika jaringan pertemanannya begitu luas, dari kelompok seniman jalanan hingga pejabat pemerintahan.

Bechi juga sangat senang nongkrong di warung kopi di pinggir jalan untuk berdiskusi mencari ide-ide baru bagi pengembangan kompas.com.

“Di kantor enggak bisa mikir. Enggak bisa ngerokok. Kalau di sini kan bisa ngopi sambil ngerokok. Ide-ide mengalir deras,” kata dia saat kami nongkrong di warung kopi pinggir jalan dekat kantor.

Di manapun ia berada, gayanya mudah dikenali. Selain logat surabaya dengan volume suara yang keras, gayanya pun khas: bajunya yang kebesaran karena tubuhnya yang kerempeng dengan rambutnya yang dibiarkan gondrong di belakang.

Ia terlihat lusuh sebagai pemimpin redaksi.

Suatu hari saya pernah berujar, “Mas, sampeyan iku kan Pemred. Mbok, dandan yang necis supaya keliatan kayak pejabat gitu, lho.”

"Mbonk, aku iki wartawan berjiwa proletar. Gak iso aku dandan necis,” katanya terkekeh.

Mas Bechi mengakhir tugasnya sebagai Pemimpin Redaksi Kompas.com pada 2016 karena mendapat tugas baru sebagai Pemimpin Redaksi di Harian Warta Kota.

Lama sekali tak berjumpa hingga kabar mengejutkan datang pada 3 Desember 2023 pagi. Mas Bechi berpulang karena sakit.

Selamat jalan, Mas Bechi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Ingatkan BPKP untuk Cegah Penyimpangan, Bukan Cari Kesalahan

Jokowi Ingatkan BPKP untuk Cegah Penyimpangan, Bukan Cari Kesalahan

Nasional
Indonesia Jadi Tuan Rumah WWF 2024, Fahira Idris Paparkan Strategi Hadapi Tantangan SDA

Indonesia Jadi Tuan Rumah WWF 2024, Fahira Idris Paparkan Strategi Hadapi Tantangan SDA

Nasional
Asa PPP Tembus Parlemen Jalur MK di Ambang Sirna

Asa PPP Tembus Parlemen Jalur MK di Ambang Sirna

Nasional
Ingatkan BPKP Jangan Cari-cari Kesalahan, Jokowi: Hanya Akan Perlambat Pembangunan

Ingatkan BPKP Jangan Cari-cari Kesalahan, Jokowi: Hanya Akan Perlambat Pembangunan

Nasional
Ada Serangan Teroris di Malaysia, Densus 88 Aktif Monitor Pergerakan di Tanah Air

Ada Serangan Teroris di Malaysia, Densus 88 Aktif Monitor Pergerakan di Tanah Air

Nasional
Mahfud Blak-blakan Hubungannya dengan Megawati Semakin Dekat Sesudah Ditunjuk Jadi Cawapres

Mahfud Blak-blakan Hubungannya dengan Megawati Semakin Dekat Sesudah Ditunjuk Jadi Cawapres

Nasional
Mahfud Nilai Pemikiran Megawati Harus Diperhatikan jika Ingin Jadi Negara Maju

Mahfud Nilai Pemikiran Megawati Harus Diperhatikan jika Ingin Jadi Negara Maju

Nasional
Mahfud Pesimistis dengan Pemberantasan Korupsi di Era Prabowo-Gibran

Mahfud Pesimistis dengan Pemberantasan Korupsi di Era Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Akui Langkah Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Polisi Gerus Reputasi Lembaga

KPK Akui Langkah Ghufron Laporkan Anggota Dewas ke Polisi Gerus Reputasi Lembaga

Nasional
Kasus Covid-19 Melonjak di Singapura, Anggota DPR: Kita Antisipasi

Kasus Covid-19 Melonjak di Singapura, Anggota DPR: Kita Antisipasi

Nasional
Mahfud Ungkap Hubungannya dengan Prabowo Selalu Baik, Sebelum atau Setelah Pilpres

Mahfud Ungkap Hubungannya dengan Prabowo Selalu Baik, Sebelum atau Setelah Pilpres

Nasional
Pesimistis KRIS BPJS Terlaksana karena Desain Anggaran Belum Jelas, Anggota DPR: Ini PR Besar Pemerintah

Pesimistis KRIS BPJS Terlaksana karena Desain Anggaran Belum Jelas, Anggota DPR: Ini PR Besar Pemerintah

Nasional
Soal RUU Kementerian Negara, Mahfud: Momentumnya Pancing Kecurigaan Hanya untuk Bagi-bagi Kue Politik

Soal RUU Kementerian Negara, Mahfud: Momentumnya Pancing Kecurigaan Hanya untuk Bagi-bagi Kue Politik

Nasional
Dampak Korupsi Tol MBZ Terungkap dalam Sidang, Kekuatan Jalan Layang Berkurang hingga 6 Persen

Dampak Korupsi Tol MBZ Terungkap dalam Sidang, Kekuatan Jalan Layang Berkurang hingga 6 Persen

Nasional
Mahfud MD Ungkap Kecemasannya soal Masa Depan Hukum di Indonesia

Mahfud MD Ungkap Kecemasannya soal Masa Depan Hukum di Indonesia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com