KOMPAS.com - Suatu sore Achmad Subechi (Pemred Kompas.com 2014 – 2016) mendatangi meja saya. Ia mengajak saya menjenguk wartawan Kompas.com yang sedang menjalani pemulihan dari sakitnya di kampung halamannya di Tasikmalaya, Jawa Barat.
“Mbonk, ayo kita nengok Farid ke Tasik,” ajak Mas Bechi.
"Kita berdua saja. Bawa mobil kantor. Kamu yang nyupir, ya,” kata dia lagi.
Sore itu juga kami meluncur ke Tasikmalaya. Mas Bechi memang orang yang penuh spontanitas dan sangat egaliter.
Meskipun menduduki posisi tertinggi di ruang redaksi, ia menganggap semua orang di ruang redaksi adalah temannya sesama wartawan, bukan bawahan.
Mungkin karena ia besar di jalanan, baik perjalanan hidupnya maupun perjalanan panjang jurnalistiknya sebagai wartawan. Karena itu, rasa solidaritasnya amat tinggi. Setiap kali tahu ada teman sejawatnya yang mengalami kesusahan, ia akan spontan bergerak.
“Aku ini anak jalanan, Mbonk,” kata dia di dalam mobil dengan logat Surabayanya yang kental.
Mas Bechi tidak sedang bermetafora. Ia lahir dan besar di Surabaya. Sejak SD ia mengaku memang jarang di rumah. Ia bisa tinggal di mana saja di luar rumah selama berhari-hari. Pulang ke rumah sekadar ganti pakaian lalu pergi lagi.
Pernah waktu SMP, ia pergi meninggalkan rumah dan sekolahnya di Surabaya, Jawa Timur, selama 2 minggu untuk pergi ke Jakarta.
Ceritanya, waktu itu ia sangat pengin pergi melihat kota Jakarta. Hanya sekadar pengin tahu saja karena ia penasaran seperti apa ibu kota Indonesia itu. Ia sering mendengar cerita tentang Jakarta yang serba “wah”.
“Tapi kan aku masih SMP. Enggak punya uang. Akhirnya aku nemu akal. Aku sering lihat truk-truk kontainer datang dari Jakarta. Aku dekati sopirnya, aku ajak ngobrol. Terus, aku menawarkan diri untuk bantu-bantu dia di truk. Dianya mau. Jadilah aku ke Jakarta sama dia."
"Dua minggu bolak-balik perjalanan Surabaya-Jakarta-Surabaya. Aku bisa lihat Jakarta plus dapat uang,” cerita dia.
“Lho, Bapak Ibu sampeyan enggak nyariin, toh?” tanya saya heran.
“Enggak. Aku kan emang biasa menghilang,” kata dia sambil tertawa.
Sebagai wartawan, Mas Bechi juga kenyang di jalanan. Ia merintis kariernya di Harian Surya sejak 1989.