Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anwar Saragih
Peneliti

Kandidat Doktor Ilmu Politik yang suka membaca dan menulis

Gimik Politik di Balik Meja Makan Istana

Kompas.com - 01/11/2023, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ini pula yang menjadi alasan utama agenda makan siang antara Jokowi dan ketiga capres tersebut dipertontonkan ke publik demi membangun persepsi pilpres tahun depan berlangsung jujur dan adil bagi semua kandidat.

Meski sulit mempercayai ucapan Jokowi tidak akan berpihak pada salah satu kandidat mengingat Gibran merupakan anak kandungnya.

Apalagi pada komunikasi politik Jokowi dalam menjawab pertanyaan terkait koalisi, kandidasi calon, dukungan dan dinamika politik dalam beberapa pekan terakhir, kerap berbeda antara ucapan dan kenyataan.

Risiko politik Jokowi

Secara substansi dalam pertemuan Jokowi dan ketiga capres di meja makan kemarin, tidak dalam pembahasan dinamika koalisi dan politik elektoral.

Alasannya para capres yang bertemu Jokowi tidak berdiri sendiri karena memiliki keterikatan kepentingan yang tidak terpisahkan dengan partai politik pengusungnya masing-masing.

Pun jika pertemuan tersebut memang serius dalam tujuan pelaksanaan pemilu yang aman, damai dan adil pasti melibatkan cawapres dan para ketua umum partai politik peserta pemilu.

Justru nuansa gimik politik menghadirkan asumsi liar yang tidak terelakkan terkait apa yang terjadi di balik meja makan Istana Merdeka adalah kekhawatiran Jokowi pascatidak lagi menjabat sebagai presiden.

Posisi politik Jokowi yang sebenarnya tidak terlalu menguntungkan dalam seluruh rangkaian politik Pilpres 2024.

Pilihan Jokowi untuk menarik garis demarkasi dengan PDI Perjuangan dengan pencalonan Gibran menjadi cawapres adalah pertaruhan yang sangat berisiko.

Mengingat PDI Perjuangan sebagai partai yang menguasai legislatif selama ini merupakan jangkar utama pembela kebijakan Jokowi, baik ketika masih menjabat sebagai wali kota Surakarta dan Gubernur DKI Jakarta maupun Presiden Republik Indonesia.

Seandainya pasangan Prabowo-Gibran terpilih, tepat ketika presiden dan wakil presiden dilantik pada 20 Oktober 2024, seluruh kekuasaan akan berpusat kepada presiden, bukan wakil presiden.

Artinya kekuasan yang selama ini digenggam oleh Jokowi sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan akan diambil oleh Prabowo.

Sementara Gibran sebagai wapres akan mendapatkan peran bila presiden berhalangan tetap sebagai mana ketentuan undang-undang atau presiden memberi penugasaan pada wakil presiden.

Apalagi Gibran bukan ketua umum atau tokoh sentral partai politik yang memiliki kekuatan besar di parlemen layaknya Jusuf Kalla.

JK saat menjadi Wakil Presiden periode 2004-2009 adalah ketua umum Partai Golkar dan ketika menjabat Wakil Presiden periode 2014-2019 adalah tokoh bepengaruh di Partai Golkar.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Koalisi Vs Oposisi: Mana Cara Sehat Berdemokrasi?

Koalisi Vs Oposisi: Mana Cara Sehat Berdemokrasi?

Nasional
Pansel Capim KPK Diminta Tak Buat Kuota Pimpinan KPK Harus Ada Unsur Kejaksaan atau Kepolisian

Pansel Capim KPK Diminta Tak Buat Kuota Pimpinan KPK Harus Ada Unsur Kejaksaan atau Kepolisian

Nasional
Berkaca dari Kasus Firli, Pansel Capim KPK Diminta Lebih Dengarkan Masukan Masyarakat

Berkaca dari Kasus Firli, Pansel Capim KPK Diminta Lebih Dengarkan Masukan Masyarakat

Nasional
Sidang Kasus SYL Menguak Status Opini WTP BPK Masih Diperjualbelikan

Sidang Kasus SYL Menguak Status Opini WTP BPK Masih Diperjualbelikan

Nasional
Kemenag Sepakat Proses Hukum Penggerudukan Ibadah di Indekos Dilanjutkan

Kemenag Sepakat Proses Hukum Penggerudukan Ibadah di Indekos Dilanjutkan

Nasional
Soal Komposisi Pansel Capim KPK, Pukat UGM: Realitanya Presiden Amankan Kepentingan Justru Mulai dari Panselnya

Soal Komposisi Pansel Capim KPK, Pukat UGM: Realitanya Presiden Amankan Kepentingan Justru Mulai dari Panselnya

Nasional
PAN Lempar Kode Minta Jatah Menteri Lebih ke Prabowo, Siapkan Eko Patrio hingga Yandri Susanto

PAN Lempar Kode Minta Jatah Menteri Lebih ke Prabowo, Siapkan Eko Patrio hingga Yandri Susanto

Nasional
Kaitkan Ide Penambahan Kementerian dengan Bangun Koalisi Besar, BRIN: Mengajak Pasti Ada Bonusnya

Kaitkan Ide Penambahan Kementerian dengan Bangun Koalisi Besar, BRIN: Mengajak Pasti Ada Bonusnya

Nasional
Membedah Usulan Penambahan Kementerian dari Kajian APTHN-HAN, Ada 2 Opsi

Membedah Usulan Penambahan Kementerian dari Kajian APTHN-HAN, Ada 2 Opsi

Nasional
Zulhas: Indonesia Negara Besar, Kalau Perlu Kementerian Diperbanyak

Zulhas: Indonesia Negara Besar, Kalau Perlu Kementerian Diperbanyak

Nasional
Menag Cek Kesiapan Hotel dan Dapur Jemaah Haji di Madinah

Menag Cek Kesiapan Hotel dan Dapur Jemaah Haji di Madinah

Nasional
Usung Bima Arya atau Desy Ratnasari di Pilkada Jabar, PAN Yakin Ridwan Kamil Maju di Jakarta

Usung Bima Arya atau Desy Ratnasari di Pilkada Jabar, PAN Yakin Ridwan Kamil Maju di Jakarta

Nasional
[POPULER NASIONAL] Mahfud Singgung soal Kolusi Tanggapi Ide Penambahan Kementerian | Ganjar Disarankan Buat Ormas

[POPULER NASIONAL] Mahfud Singgung soal Kolusi Tanggapi Ide Penambahan Kementerian | Ganjar Disarankan Buat Ormas

Nasional
Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Nasional
Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com