Beberapa analis bahkan mengakui bahwa kinerja seorang pejabat pemerintah dipengaruhi oleh keamanan dan lamanya masa jabatannya.
Teori terkenal yang dikemukakan oleh Mancur Olson menyiratkan bahwa pemimpin yang kurang baik dengan pegangan kuat pada kekuasaan dapat berperilaku seperti istilah stationary bandits (bandit yang tidak bergerak), mendapatkan manfaat dari posisinya tetapi tetap memastikan pertumbuhan dan pembangunan berlangsung agar mereka tetap mengamankan kekuasaan mereka.
Pandangan yang lebih pesimistis menyimpulkan bahwa pemimpin yang kurang baik dan kurang berprinsip akan beralih ke pemerasan massal dan merusak jika mereka memiliki waktu berkuasa yang singkat.
Dalam konteks ini, dinasti politik seperti dinasti Lee di Singapura dan kestabilan dalam jabatan pemerintah dianggap sebagai faktor penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang berkelanjutan.
Ini juga menggambarkan peran pemimpin dalam memastikan stabilitas dan kemajuan negara, baik secara positif maupun negatif, tergantung pada etika dan tujuan mereka.
Memang benar bahwa ada sedikit bukti yang dapat membantah salah satu pandangan tersebut.
Sementara Lee Kuan Yew dan keluarganya memimpin pembangunan cepat dan industrialisasi Singapura, pemimpin lain dengan masa jabatan panjang yang serupa tidak selalu bersikap sebaik itu.
Contohnya termasuk Ferdinand Marcos, yang pernah menjabat sebagai Presiden Filipina lebih dari 20 tahun dengan tingkat kemiskinan hampir dua kali lipat dibanding sebelum ia menjabat.
Selain itu, ada juga Dinasti Duvallier di Haiti, termasuk Papa Doc (ayah yang menjabat sebagai Presiden dari 1957–1971) dan Baby Doc (anak yang menjabat sebagai Presiden dari 1971–1986), yang terkenal dengan pemerintahan yang boros di Amerika Latin kala itu dan menyisakan segudang masalah defisit anggaran yang tidak produktif.
Ini menunjukkan bahwa panjangnya masa kekuasaan (turun temurun) tidak selalu menjadi jaminan bagi keberhasilan atau kebaikan dalam pembangunan negara.
Terdapat contoh di mana pemimpin dengan masa jabatan panjang memimpin negara mereka menuju kemajuan dan contoh di mana pemimpin dengan masa jabatan panjang justru merugikan negara mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor lain, seperti etika kepemimpinan dan tindakan konkret, juga sangat berperan dalam akhir dari hasil pemerintahan pemimpin yang bersangkutan.
Studi empiris yang pernah dilakukan Mendoza (2012) pada dinasti politik di Dewan Perwakilan Rakyat Filipina ke-15 selama periode 2003–2007, menyimpulkan bahwa sekitar 80 persen legislator dinasti mengalami peningkatan nilai kekayaan bersih yang cukup signifikan.
Sebagian besar, bahkan berhasil melebihi pertumbuhan aset mereka daripada jika mereka berinvestasi di Bursa Efek Filipina.
Dinasti politik di Kongres Filipina juga cenderung mendominasi partai politik utama, mencakup sekitar 60–80 persen dari masing-masing partai politik utama.