Selain itu, juga ditekankan pada peningkatan akses pendidikan di semua jenjang pendidikan, peningkatan kualitas sarpras penunjang kegiatan pendidikan, terutama di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T), serta penguatan konektivitas pendidikan vokasi dengan pasar kerja.
“Melalui anggaran tersebut, Kemenkeu juga berkomitmen untuk perluasan program beasiswa, pemajuan kebudayaan, penguatan perguruan tinggi kelas dunia, dan pengembangan riset dan inovasi,” kata Isa.
Ia mengungkapkan bahwa pemerintah telah menaikkan anggaran beasiswa dan bantuan sosial (bansos) untuk pendidikan menjadi Rp 35,94 triliun pada 2024 dari sebelumnya Rp 28,9 triliun pada 2023.
Baca juga: 6 Negara yang Membuka Banyak Beasiswa bagi Pelajar Indonesia
Kenaikan tersebut lebih dari lima kali lipat dari anggaran beasiswa 2013 atau sepuluh tahun yang lalu.
Menurut Isa, kenaikan anggaran tersebut bertujuan untuk memberikan jaminan pendidikan kepada masyarakat dari tingkat dasar hingga pendidikan tinggi, sehingga dapat memperluas akses pendidikan.
Hal itu seiring dengan prinsip pemerintahan Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) yakni no one left behind atau tidak ada satupun warganya yang tertinggal dalam memperoleh hak pendidikan.
“Beasiswa dan bansos pendidikan diwujudkan melalui berbagai upaya dan bantuan kepada sekolah dan peserta didik, seperti program Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) untuk sekolah,” jelas Isa.
Baca juga: Pendidikan di Sekolah Adat Jadi Solusi Jawab Tantangan Global
Sementara bagi peserta didik, beasiswa disalurkan melalui Program Indonesia Pintar (PIP), Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) dan Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik).
Ia menyebut konsepsi tersebut termasuk bagi peserta didik di wilayah 3T, disabilitas, dan pekerja migran.
Oleh karenanya, sebut Isa, perguruan tinggi dan akses pendidikan lainnya memiliki peran penting sekaligus tanggung jawab dalam mewujudkannya tujuan yang telah ditargetkan oleh pemerintah.
“Untuk itu, mari kita bersama-sama berjanji bahwa peringkat bukanlah tujuan utama. Tujuan utama kita adalah bagaimana peringkat dapat menghadirkan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.
Baca juga: Janji Sejahterakan Guru, Anies: 78 Tahun Merdeka Kesejahteraan Belum Merata
Pada kesempatan tersebut, Isa mengatakan bahwa perbedaan jalur menjadi tantangan bagi dunia pendidikan dan dunia kerja atau industri.
Untuk mengatasinya, kata Isa, perlu ada jembatan antara kampus, dunia kerja, dan industri untuk menyongsong revolusi industri 4.0.
Hal tersebut, bisa dilakukan melalui semangat Kampus Merdeka yang memberikan ruang luas bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri dan potensi.
“Dalam 10 tahun ke depan (prediksi McKinsey) lapangan pekerjaan akan hilang dan tergantikan otomatis dengan teknologi. Lapangan-lapangan kerja baru yang memanfaatkan teknologi pun akan terus berkembang,” imbuh Isa.
Baca juga: Teknologi Retort: Definisi, Manfaat, dan Peluang untuk UMKM
Dengan demikian, sebutnya, perguruan tinggi harus menyiapkan kompetensi baru yang sesuai dengan lapangan kerja. Persiapan ini akan membuat lulusan sarjana lebih adaptif dan fleksibel, sesuai dengan semangat Kampus Merdeka.
“Berbagai program yang telah dipersiapkan secara matang baik sasaran maupun pendanaanya, agar dapat dilaksanakan sebaik-baiknya,” tutur Isa.
Dalam pelaksanaan tersebut, lanjut dia, juga harus memperhatikan efisiensi dan efektivitas, serta menjaga akuntabilitas, sehingga target yang direncanakan dapat tercapai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.