Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu Dua Poros Pilpres 2024, PDI-P Sebut Kemungkinan Terbuka Duet Ganjar-Prabowo

Kompas.com - 29/09/2023, 17:21 WIB
Singgih Wiryono,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Indostrategic Ahmad Khoirul Umam mengatakan ada informasi yang menyebut bakal calon presiden (bacapres) PDI-Perjuangan Ganjar Pranowo membuat Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) untuk dua skema.

Skema pertama SKCK untuk pendaftaran sebagai calon presiden, kedua untuk skema pendaftaran sebagai calon wakil persiden.

Hal itu disampaikan Umam dalam acara Satu Meja The Forum di Kompas TV yang membahas isu terkait dua poros dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang, Rabu (27/9/2023) malam.

"Mohon dikoreksi Pak Basarah, saya mendengar katanya SKCK dari Pak Ganjar disiapkan dua skema, satu SKCK sebagai capres, dan satu SKCK sebagai cawapres," kata Umam.

Baca juga: Momen Hangat Ganjar Gandeng Tangan Megawati di Rakernas PDI-P

Menurut Umam, informasi spekulatif tersebut bisa saja benar karena beberapa fakta yang terlihat seperti merujuk pada kebenaran.

Misalnya, terkait PDI-Perjuangan yang saat ini minim dukungan partai politik lainnya untuk berkoalisi, sedangan bacapres dari Partai Gerindra Prabowo Subianto telah memiliki dukungan penuh dari Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN).

"Kita mendapatkan informasi itu tentu dengan spekulasi seolah-seolah kemudian narasi ini bukan narasi yang sifatnya spekulatif tapi terkonfirmasi dari indikasi-indikasi ini," imbuh dia.

Isu tersebut kemudian dijawab oleh Ketua DPP PDI-P Ahmad Basarah.

Dia mengatakan jika informasi berbasis spekulatif, tidak hanya Ganjar yang mendaftarkan dua SKCK, tetapi juga bacapres Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Baca juga: Antara Misteri Bacawapres Ganjar dan Kaesang yang Mendadak Ketum...

"Kalau basisnya informasi spekulatif, saya lebih dulu mendapatkan informasi dari Bung Umam, kalau Pak Prabowo mengurus dua SKCK," imbuh dia.

Namun, informasi spekulatif tidak bisa dijadikan dasar penilaian apakah akan ada dua poros saja dalam Pilpres 2024 mendatang, tetapi keputusan hukum yang diambil oleh organisasi partai.

"Tapi kalau basisnya keputusan hukum masing-masing organisasi, tentu kita sudah tahu persis (Ganjar sebagai capres), dan kita sudah sepakat bahwa dalam kita berdemokrasi itu yang kita anut adalah demokrasi yang nomokrasi, demokrasi yang berdasar atas hukum," ucap Basarah.

Dia juga membantah PDI-Perjuangan tidak mendapat dukungan dari partai lain.

Baca juga: Jokowi Yakin Ganjar Mampu Tuntaskan Masalah Pangan, Kader PDI-P Bersorak

Menurut Basarah, PDI-P tak didukung banyak partai karena ruang negosiasi untuk posisi cawapres cukup sulit.

Mengingat PDI-P bisa maju sendiri dalam Pilpres 2024 tanpa harus berkoalisi dengan partai manapun.

"Jadi logis saja Bung Imam, parpol yang lain tidak mendekat ke PDIP karena tidak bisa mengusulkan siapa cawapresnya, tapi kepada parpol yang belum sampai 20 persen ada ruang negosiasi," ucapnya.

Di sisi lain, Basarah menyebut politik adalah seni tentang kemungkinan yang bisa terjadi di akhir-akhir pengumuman pencapresan.

Baca juga: Sederet Sahabat PDI-P yang Hadir di Pembukaan Rakernas IV, dari Menteri hingga Ketum Partai Pendukung Ganjar

Menurut dia, tak menutup kemungkinan peristiwa penyatuan Ganjar-Prabowo atau Prabowo Ganjar terealisasi di menit-menit akhir pendaftaran.

"Kita tidak tahu di 19 Oktober sampai batas akhir pendaftaran, ketika KPU mengesahkan paslon, semua kemungkinan itu masih terjadi," katanya.

"Dari persepktif politik sebagai seni itulah saya melihat dinamika politik yang kita diskusikan dalam Satu Meja The Forum ini tentang Ganjar-Prabowo masih menggelinding terus," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

Nasional
Mengintip Kecanggihan Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 yang Bersandar di Jakarta

Mengintip Kecanggihan Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 yang Bersandar di Jakarta

Nasional
Selain Rakernas, PDI-P Buka Kemungkinan Tetapkan Sikap Politik terhadap Pemerintah Saat Kongres Partai

Selain Rakernas, PDI-P Buka Kemungkinan Tetapkan Sikap Politik terhadap Pemerintah Saat Kongres Partai

Nasional
Korban Dugaan Asusila Sempat Konfrontasi Ketua KPU saat Sidang DKPP

Korban Dugaan Asusila Sempat Konfrontasi Ketua KPU saat Sidang DKPP

Nasional
Covid-19 di Singapura Naik, Imunitas Warga RI Diyakini Kuat

Covid-19 di Singapura Naik, Imunitas Warga RI Diyakini Kuat

Nasional
WWF 2024 Jadi Komitmen dan Aksi Nyata Pertamina Kelola Keberlangsungan Air

WWF 2024 Jadi Komitmen dan Aksi Nyata Pertamina Kelola Keberlangsungan Air

Nasional
Menhub Targetkan Bandara VVIP IKN Beroperasi 1 Agustus 2024

Menhub Targetkan Bandara VVIP IKN Beroperasi 1 Agustus 2024

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Sempat Ditangani Psikolog saat Sidang

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Sempat Ditangani Psikolog saat Sidang

Nasional
Polri: Kepolisian Thailand Akan Proses TPPU Istri Fredy Pratama

Polri: Kepolisian Thailand Akan Proses TPPU Istri Fredy Pratama

Nasional
Polri dan Kepolisian Thailand Sepakat Buru Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri dan Kepolisian Thailand Sepakat Buru Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Lewat Ajudannya, SYL Minta Anak Buahnya di Kementan Sediakan Mobil Negara Dipakai Cucunya

Lewat Ajudannya, SYL Minta Anak Buahnya di Kementan Sediakan Mobil Negara Dipakai Cucunya

Nasional
KPK Duga Eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin Terima Fasilitas di Rutan Usai Bayar Pungli

KPK Duga Eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin Terima Fasilitas di Rutan Usai Bayar Pungli

Nasional
Desta Batal Hadir Sidang Perdana Dugaan Asusila Ketua KPU

Desta Batal Hadir Sidang Perdana Dugaan Asusila Ketua KPU

Nasional
Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Kemenkes Sebut Skrining Ketat Tak Dilakukan Sementara Ini

Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Kemenkes Sebut Skrining Ketat Tak Dilakukan Sementara Ini

Nasional
DKPP Akan Panggil Sekjen KPU soal Hasyim Asy'ari Pakai Fasilitas Jabatan untuk Goda PPLN

DKPP Akan Panggil Sekjen KPU soal Hasyim Asy'ari Pakai Fasilitas Jabatan untuk Goda PPLN

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com