Menurut Tamsil, massa pendukung Anies-Muhaimin itu datang dari berbagai kabupaten dan kota di provinsi tersebut, sepeti dari Parepare, Pangkep, Enrekang, dan lain-lain
Dalam pidato sambutannya, Anies mengajak warga dan pendukungnya untuk turut melakukan perubahan.
Perubahan itu, kata Anies, diperjuangkan bukan untuk satu orang, satu partai dan satu koalisi, tetapi untuk nasib bangsa Indonesia.
Anies merasa bangga dengan kehadiran masyarakat Sulsel dalam acara tersebut.
"Indonesia bergetar dari Makassar dengan peserta gerak jalan gembira yang mencapai satu juta orang," katanya.
"Anda bagian dari gerakan perubahan yang lebih baik. Di saat Indonesia di persimpangan jalan, Anda jadi bagian dari perubahan," imbuhnya dan disambut tepuk tangan dan sorak-sorai dari peserta yang hadir.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai, baik Anies maupun Ganjar, sama-sama punya kepentingan di balik kegiatan tersebut.
"Agar peluang masuk putaran kedua seandainya 3 capres masih terus mengemuka hingga penutupan pendaftaran KPU nanti," kata Agung.
Ia pun menyoroti pemilihan lokasi masing-masing kandidat itu.
Ganjar, misalnya. Politikus PDI-P itu memang unggul di Pulau Jawa, bila pilpres digelar hari ini, berdasarkan survei Litbang Kompas.
Namun, DKI Jakarta masih tetap menjadi "kandang" Anies.
Merujuk hasil survei pada 27 Juli-7 Agustus lalu, 39,6 persen suara publik di Pulau Jawa mendukung Ganjar. Ganjar menguasai Jawa Tengah dengan persentase paling tinggi, mencapai 62 persen.
Baca juga: Pengamat Nilai PSI Mungkin Kembali Dukung Ganjar Usai Kaesang Bergabung
Pada saat yang sama, Ganjar juga unggul di Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sementara Anies, unggul di DKI Jakarta dengan suara 42,5 persen. Kondisi ini, menurut Agung, membuat Ganjar dan timnya harus memutar otak agar dukungan warga terhadap dirinya meningkat.
"Sementara di sisi Anies, sedang menguatkan soliditas pemilihnya agar tak terpengaruh dengan figur Ganjar," tuturnya.