Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudi Hartono
Penulis Lepas dan Peneliti

Penulis lepas dan pendiri Paramitha Institute

Koalisi Pilpres: Persatuan atau Persatean?

Kompas.com - 20/09/2023, 08:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ketimpangan ekonomi dan kemiskinan menjadi ladang subur bagi politik uang. Saat ini, Indonesia adalah negara dengan tingkat politik uang nomor tiga tertinggi di dunia, hanya di bawah Uganda dan Benin (Burhanuddin Muhtadi, 2019).

Agak sulit berbicara persatuan nasional ketika politik hanya dikendalikan oleh segelintir orang dan rakyat banyak hanya jadi “yatim-piatu” politik.

Bangsa ini juga berhadap-hadapan dengan oligarki yang menguasai hampir semua lini kehidupan bernegara, bahkan melemahkan demokrasi dan prinsip negara hukum (rule of law).

Para oligark itu yang sekarang mengendalikan pembuatan UU, penerapan hukum, dan pengerahan aparatus negara.

Sementara rakyat banyak tak ubahnya “tuna-wisma” dalam politik negeri ini. Tidak pernah didengarkan, apalagi dilibatkan dalam proses pembuatan UU dan kebijakan politik lainnya.

Contoh terkini adalah kasus Rempang. Meski penduduk setempat sudah mendiami wilayah itu sejak abad ke-18, jauh sebelum Indonesia merdeka, tetapi dengan gampang mereka digusur paksa atas nama investasi.

kita mengarah pada era, meminjam istilah Chantal Mouffe, yang disebut “pasca-demokrasi”. Lembaga-lembaga politik semakin dikendalikan oleh segelintir orang, sementara rakyat banyak makin terkucilkan dari proses-proses politik. Pemilu tak lebih dari prosedur formal untuk menghasilkan pemimpin politik secara reguler.

Dan betapa garingnya seruan persatuan nasional ketika negara nyaris kering-kerontang akibat digerogoti korupsi, sementara sebagian besar pelakunya berbaris di belakang parpol-parpol yang berkoalisi.

Berdasarkan data ICW, ada 39 mantan napi korupsi yang diketahui mendaftarkan diri sebagai caleg di tingkat DPR, DPD, dan DPRD pada pemilu 2024.

Sementara, menurut KPU, ada 67 bekas narapidana, termasuk kasus korupsi, yang akan maju sebagai Wakil Rakyat di Pemilu 2024.

Hari ini, kita menjalani kehidupan berbangsa persis dengan nubuat Sukarno: “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”

Sebagian besar persoalan itu lahir dari struktur ekonomi maupun politik kita sejak lama. Seperti kesimpulan Vedi Hadiz dan Robison, oligarki tercipta dari perpaduan kepentingan politik-birokrasi dan bisnis besar yang sudah melekat dalam struktur ekonomi politik Indonesia era Orde Baru.

Oligarki juga ada kaitannya dengan struktur ekonomi ekstraktivisme, yaitu ekonomi yang bergantung pada eksploitasi SDA dan dijual dalam bentuk mentah ke pasar dunia, yang diwariskan sejak Hindia-Belanda.

Sebagian besar oligarki Indonesia, dari zaman Orde Baru hingga sekarang ini, tumbuh-besar dari sektor ekstraktif.

Dari 40 orang terkaya Indonesia versi majalah Forbes, 19 orang di antaranya mengeruk kekayaan dari tiga bisnis ekstraktif: sawit, batubara, dan kayu.

Oiya, sistem ekonomi neoliberal, yang menjadi pakem kebijakan ekonomi pemerintah RI pascareformasi hingga sekarang, juga berkontribusi besar pada melebarnya ketimpangan ekonomi dan kemiskinan.

Jadi, persatuan nasional yang dilantangkan para elite tak lebih dari politik konsensus untuk berbagi akses terhadap pada kekuasaan dan sumber daya negara untuk mengakumulasi kekayaaan.

Sementara bagi kita, seruan itu tak lebih dari persatean, karena hanya akan melanggengkan dominasi oligarki, korupsi, ketimpangan ekonomi, dan ancaman krisis ekologi.

Yang terjadi, seperti kritik keras Bung Hatta sekitar 91 tahun yang lalu: persatuan yang dicari, persatean yang didapat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Nasional
Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com