Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudi Hartono
Penulis Lepas dan Peneliti

Penulis lepas dan pendiri Paramitha Institute

Koalisi Pilpres: Persatuan atau Persatean?

Kompas.com - 20/09/2023, 08:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ini juga berkonsekuensi pada cita-rasa retorika politik yang mereka umbar. Yang kerap terjadi, retorika bisa berubah cepat karena koalisi-koalisi politik cenderung dibentuk berdasarkan pertimbangan kontrol dan akses pada sumber daya publik.

Kedua, proses penentuan kebijakan partai, termasuk soal koalisi, hanya diputuskan sepihak oleh pimpinan partai.

Di Indonesia, hampir tidak ada partai yang punya mekanisme internal yang demokratis. Biasanya, mekanisme pelibatan struktur bawah (provinsi dan kabupaten/kota) dalam pengambilan keputusan, seperti kongres maupun rapimnas, tak lebih sebagai prosedur formal agar terkesan demokratis.

Biasanya, forum kongres atau rapimnas akan memberi mandat kepada ketua umum atau DPP untuk memutuskan capres-cawapres yang didukung.

Ujung-ujungnya, urusan capres-cawapres semata menjadi urusan elite partai, sementara dinamika politik dan aspirasi arus bawah bisa berbeda.

Persatuan atau Persatean?

Di negeri ini, ada dua isu yang paling laris dalam pasar politik: nasionalisme dan agama. Terkadang dipilih salah satu, tetapi juga sering juga dipakai bersamaan.

Tidak mengherankan, para capres sibuk berebut situs-situs sejarah yang bisa melambungkan kesan nasionalistik: ada yang deklarasi koalisi di Museum Naskah Proklamasi, sementara yang lain deklarasi di Hotel Yamato Surabaya.

Dalam tarikan napas yang sama, para capres itu berseru-seru soal pentingnya persatuan nasional, sembari mengarahkan telunjuk pada faktor situasi global sebagai biang masalah yang harus dihadapi bersama-sama.

Narasi persatuan nasional mengandaikan persoalan bangsa akibat faktor eksternal. Dengan demikian, batas politiknya (political frontiers) adalah faktor eksternal versus kepentingan nasional. Batas politik ini yang mendefinisikan siapa “kawan” dan “lawan”.

Masalahnya, bagaimana kepentingan nasional didefinisikan dan sejauh mana kepentingan itu mewakili kehendak kolektif bangsa?

Agak sulit berseru-seru persatuan nasional di atas realitas ketimpangan ekonomi yang menganga lebar. Pada 2017, Credit Suisse menyebut ketimpangan di Indonesia peringkat keempat di dunia, dengan 1 persen penduduk terkaya menguasai 49,3 persen kekayaan nasional.

Kekayaan 4 orang terkaya indonesia setara dengan kekayaan 100 juta orang termiskin (Oxfam, 2017). Kekayaan 10 persen orang terkaya setara dengan 75,3 persen penduduk dewasa (Global Wealth Report 2018).

Ketimpangan membuat bangsa ini terbelah secara ekonomi dan kehidupan sosialnya. Mirip dengan ungkapan puitis Damian Barr: kita semua dalam badai yang sama, tetapi tidak berada di atas kapal yang sama.

Segelintir berada di dalam kapal pesiar mewah, sementara yang lain di atas perahu dayung.

Paus Fransiskus menyebut ketimpangan sebagai “penyakit sosial”. Selain itu, ketimpangan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, dan menjadi api dalam sekam yang bisa menyulut konflik.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nasib Pilkada

Nasib Pilkada

Nasional
Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Nasional
Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com