Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Sebut PKS Akan Terus Tempel Anies, dengan Harapan Dapat Berkah Elektoral

Kompas.com - 03/09/2023, 08:59 WIB
Irfan Kamil,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bakal tetap bertahan mendukung pencalonan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (bacapres) pada Pemilu 2024.

Dia mengatakan, PKS akan tetap bertahan di Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang mengusung Anies Baswedan itu dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024.

Awalnya, KPP yang terdiri dari Partai Nasdem, Demokrat dan PKS ini sepakat mengusung Anies dan sepenuhnya menyerahkan siapa pasangannya kepada eks Gubernur DKI Jakarta itu.

Akan tetapi, Nasdem secara sepihak memilih Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai pendamping Anies Baswedan yang kemudian membuat Demokrat hengkang dari koalisi itu.

"Memang PKS itu sejak awal tidak terlampau ngotot dan tidak punya figur untuk dipaksakan berpasangan dengan Anies. Jadi tidak mengherankan ketika Anies misalnya memilih Cak Imin sebagai pendampingnya itu santai-santai saja, dan tidak terlampau agresif menyerang Anies gitu ya," kata Adi kepada Kompas.com, Minggu (3/9/2023).

Baca juga: Sikap PKS di Koalisi Perubahan dan Ketidakhadirannya di Deklarasi Anies-Cak Imin...

Kondisi ini, kata Adi, berbeda dengan Partai Demokrat yang sejak awal sudah sangat yakin bahwa Ketua Umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akan dipilih dan dipinang sebagai pendamping Anies.

Terlebih, Demokrat adalah partai yang bisa mendorong Anies untuk bisa maju dalam Pilpres 2024 dengan kecukupan ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold.

Selain itu, Demokrat juga mempunyai figur namanya AHY yang relatif punya elektabilitas untuk mengisi posisi bakal cawapres.

Apalagi, ada "janji" yang selalu diberikan oleh Anies Baswedan kepada AHY bahwa keduanya akan bisa berdampingan.

"Tapi nyatanya, itu semua bubar total, semuanya itu punah, semuanya itu sirna ketika Anies akhirnya diputuskan berpasangan dengan Cak Imin. Jadi beda di situ," kata Adi.

"PKS enggak ngotot, PKS enggak agresif karena tak punya kader, beda dengan Demokrat merasa punya AHY, punya daya elektabilitas yang cukup tinggi dan sangat dibutuhkan oleh Anies untuk berlayar," imbuhnya.

Baca juga: PKS Tunggu Keputusan Majelis Syuro Soal Duet Anies-Cak Imin

Lebih jauh, Adi Prayitno berpandangan, basis konsituen PKS cenderung memilih Anies Baswedan dibandingkan bakal calon presiden lain seperti Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto. Sebab, pemilih Anies kebanyakan "melabuhkan hati" ke PKS sebagai partai yang dipilih dalam Pemilihan Legislatif (pileg) 2024.

"Ya kalau melihat kecendrerungan iman politik PKS sejak awal dan basis konsituennya lebih kepada Anies Baswedan karena sebagian besar pemilih dari Anies itu mereka yang migrasi dan memilih PKS sebagai pilihan partai di pileg," papar Adi.

"Bagi PKS, yang penting nempel pada sosok Anies, tentu dengan harapan berkah politik elektoralnya akan berdampak secara signifikan kepada PKS," jelasnya.

Adi menilai, efek ekor jas atau coat-tail effect dari kandidat bakal capres yang menyebabkan peningkatan suara untuk partai politik akan hilang jika PKS meninggalkan Anies Baswedan.

"Kalau hengkang misalnya, ke Prabowo ataupun ke Ganjar misalnya, PKS tidak akan mendapatkan coat-tail effect, satu-satunya cara supaya PKS itu dapatkan coat-tail effect, berkah elektoral dari Anies adalah terus bersama Anies," ucapnya.

Di sisi lain, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini memandang masih ada persoalan mendasar bagi PKS untuk bisa bersama PKB. Misalnya, perbedaan perihal kebiasaan dalam ibadah keagamaan.

Baca juga: PKS Tegaskan Masih Bersama Anies Meski Tak Hadiri Deklarasi di Surabaya

"Kita tahu bahwa basis konsituen PKS dan PKB itu memang cukup berjarak, saling bertabrakan satu sama lainnya bahkan saling bermusuhan cukup lama. Tinggal bisa dilihat ke depan apakah basis konsituen PKS, basis konsituen PKB yang selama ini beda mazhab bisa seiring sejalan atau justru akan menimbulkan friksi-friksi," kata Adi.

"Di mana, mereka itu bisa menjadi menyebab insoliditas antar pendukung, karena apapun judulnya pendukung PKS dan PKB itu tidak pernah ketemu satu sama yang lain, karena persoalan ibadah-ibadah keagamaan," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Ada Jalan Pintas, Hasto: Politik Harus Belajar dari Olahraga

Tak Ada Jalan Pintas, Hasto: Politik Harus Belajar dari Olahraga

Nasional
Megawati hingga Puan Bakal Pidato Politik di Hari Pertama Rakernas PDI-P

Megawati hingga Puan Bakal Pidato Politik di Hari Pertama Rakernas PDI-P

Nasional
Kunjungi Lokasi Bencana Banjir Bandang di Agam, Zulhas Temui Pengungsi dan Berikan Sejumlah Bantuan

Kunjungi Lokasi Bencana Banjir Bandang di Agam, Zulhas Temui Pengungsi dan Berikan Sejumlah Bantuan

Nasional
Diterima Hasto, Pawai Obor Api Abadi dari Mrapen sampai di Jakarta Jelang Rakernas PDI-P

Diterima Hasto, Pawai Obor Api Abadi dari Mrapen sampai di Jakarta Jelang Rakernas PDI-P

Nasional
Sahroni Pastikan Hadiri Sidang SYL untuk Diperiksa Sebagai Saksi

Sahroni Pastikan Hadiri Sidang SYL untuk Diperiksa Sebagai Saksi

Nasional
LPSK Sebut Masih Telaah Permohonan Perlindungan Saksi Fakta Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

LPSK Sebut Masih Telaah Permohonan Perlindungan Saksi Fakta Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Nasional
Ketua BKSAP Perkuat Komitmen Parlemen Anti-Korupsi dan Dorong Demokrasi Lingkungan di Asia Tenggara

Ketua BKSAP Perkuat Komitmen Parlemen Anti-Korupsi dan Dorong Demokrasi Lingkungan di Asia Tenggara

Nasional
Pasal-pasal di RUU Penyiaran Dinilai Berupaya Mengendalikan dan Melemahkan Pers

Pasal-pasal di RUU Penyiaran Dinilai Berupaya Mengendalikan dan Melemahkan Pers

Nasional
Korban Meninggal akibat Banjir Lahar di Sumbar Kembali Bertambah, Total 62 Orang

Korban Meninggal akibat Banjir Lahar di Sumbar Kembali Bertambah, Total 62 Orang

Nasional
Indonesia Dukung Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Ke-10

Indonesia Dukung Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Ke-10

Nasional
Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan

Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan

Nasional
Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

Nasional
Kementerian KKP Bantu Pembudidaya Terdampak Banjir Bandang di Sumbar

Kementerian KKP Bantu Pembudidaya Terdampak Banjir Bandang di Sumbar

Nasional
Jokowi Bakal Jadi Penasihatnya di Pemerintahan, Prabowo: Sangat Menguntungkan Bangsa

Jokowi Bakal Jadi Penasihatnya di Pemerintahan, Prabowo: Sangat Menguntungkan Bangsa

Nasional
Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com