Sebagian besar atau hampir separuh responden yakni 49,7 persen mengaku masih mempertimbangkan, pikir-pikir, dan menggantungkan putusan pada kualitas kandidat capres yang direkomendasikan.
Sisanya, hampir sepertiga atau 32,6 persen responden yang memastikan tak akan memilih siapa pun capres yang direkomendasikan oleh presiden.
Survei yang sama menunjukkan bahwa publik lebih mengapresiasi bakal capres yang berkomitmen melanjutkan program pembangunan pemerintahan dibandingkan dengan kandidat yang hanya mengandalkan endorsement Jokowi.
Elektabilitas tiga bakal capres naik lebih signifikan seandainya bersedia meneruskan program pemerintah sebelumnya, dibanding jika capres mendapat dukungan dari kepala negara.
Prabowo Subianto, misalnya, elektabilitasnya naik sekitar 3,8 persen seandainya mendapat endorsement dari Jokowi. Namun, jika Ketua Umum Partai Gerindra itu berkomitmen melanjutkan program Jokowi, elektabilitasnya naik hingga 4,1 persen.
Sementara, Ganjar Pranowo mendapat peningkatan elektabilitas 0,8 persen jika didukung Jokowi. Akan tetapi, angka elektoral Gubernur Jawa Tengah tersebut bakal bertambah 2,8 persen jika meneruskan program pemerintah.
Bakal capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan, pun demikian. Elektabilitasnya naik 1,4 persen jika didukung Jokowi, dan meningkat 2,9 persen apabila melanjutkan program pemerintahan saat ini.
Survei terbaru Litbang Kompas juga memetakan elektabilitas ketiga bakal capres secara umum. Hasilnya, tingkat elektoral Prabowo dan Ganjar bersaing ketat.
Ganjar tercatat unggul tipis dari Prabowo, baik dalam simulasi terbuka, simulasi 10 nama, 5 nama, maupun 3 nama. Namun demikian, selisihnya masih dalam rentang margin of error.
Baca juga: Gerindra Yakin Elektabilitas Prabowo Akan Terus Naik
“Dalam survei terbaru Kompas, elektabilitas Ganjar Pranowo di angka 24,9 persen, Prabowo Subianto 24,6 persen, dan Anies Baswedan 12,7 persen," tulis Litbang Kompas dikutip dari Kompas.id, Selasa (22/8/2023).
Adapun survei ini digelar selama 27 Juli-7 Agustus 2023. Survei melibatkan 1.364 responden di 38 provinsi yang tersebar di 331 desa/kelurahan di Indonesia.
Dengan metode wawancara tatap muka, survei ini mencatatkan margin of error sebesar +/- 2,65 persen. Survei sepenuhnya dibiayai oleh Harian Kompas.
Melihat ini, peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro menilai, komitmen bakal calon presiden untuk melanjutkan pembangunan dan endorsement presiden ibarat dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan.
“Secara logika, tidak mungkin Presiden Jokowi akan memberi endorsement kepada bakal capres yang dipandang tidak memiliki komitmen dalam melanjutkan pembangunan,” kata Bawono kepada Kompas.com, Jumat (25/8/2023).
Memang, merujuk hasil survei Litbang Kompas, capres yang berkomitmen melanjutkan program pemerintahan lebih diapresiasi ketimbang yang hanya mengandalkan dukungan presiden.
Baca juga: Sinyal Dukungan Jokowi ke Prabowo Dinilai Semakin Vulgar dan Intens