JAKARTA, KOMPAS.com - Fahri Hamzah mengatakan, keberhasilan Indonesia melakukan transformasi, dari negara yang otoriter menuju demokratis, terletak pada tangan Presiden Ketiga Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie.
Sosok inilah yang disebut-sebut Fahri sebagai kunci keberhasilan Indonesia melahirkan era reformasi dan meninggalkan masa kelam orde baru.
Tapi jalan Habibie tak mulus di awal. Fahri mengatakan, banyak aktivis 98 yang tak percaya. Bukan karena Habibie dinilai tak mampu, tapi karena Habibie juga produk dari orde baru.
Habibie adalah Wakil Presiden Soeharto. Setelah Soeharto lengser otomatis Habibie menyandang tahta sebagai orang pertama di Indonesia. Gerakan mahasiswa geram, merasa reformasi masih dikendalikan Soeharto lewat Habibie.
"Sadis banget itu nyerang Pak Habibie," kata Fahri saat ditemui di Taliwang Heritage, Rabu (17/5/2023).
Baca juga: Fahri Hamzah, Manusia Kampung dari NTB di Tengah Gerakan Reformasi Mei 1998
Fahri sendiri satu dari sedikit aktivis yang percaya dengan sosok Habibie. Dia membuat tulisan pembelaan, api tulisan pembelaannya justru membuat dia dicap sebagai antek orde baru.
"Padahal fakta dan sejarah hari ini membuktikan, Pak Habibie ini tidak seperti yang dipikirkan mahasiswa 25 tahun yang lalu, Pak Habibie seperti yang saya pikirkan dan itu benar," kata Fahri dengan gayanya yang menggebu-gebu.
Fahri mengatakan, Habibie adalah sosok penyelamat bangsa, meskipun dalam 1 tahun 7 bulan kepemimpinannya, Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tapi Habibie lah yang berhasil membuat transformasi Indonesia dari negara otoriter ke negara demokrasi berjalan dengan mulus. Pemilu 1999 diakui dunia menjadi pemilu paling jujur di Indonesia sejak terakhir dilakukan pemilu yang adil tahun 1955.
Baca juga: Soeharto Pernah Diminta Pimpin Reformasi Tanpa Harus Lengser, tapi Ditolak Kalangan Mahasiswa
Menurut Fahri, Habibie sudah layak mendapatkan penghargaan nobel perdamaian atas pencapaiannya itu.
Tak sampai di situ, Habibie juga menyelamatkan negeri ini dari krisis ekonomi global yang menghancurkan banyak negara.
Kejeniusan seorang Habibie, kata Fahri, terlihat dari bagaimana kepala dinginnya meramu teori-teori ekonomi sehingga Indonesia bisa selamat dari jurang kegagalan keuangan.
Padahal banyak dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tempat Fahri Hamzah kuliah meragukan kemampuan Habibie di bidang Ekonomi.
Fahri sempat menyampaikan keraguan itu, tapi Habibie tersenyum sambil mengatakan, "saya sudah baca itu teks book dosen-dosen kamu, matematikanya sederhana."
Fahri mengingat, di akhir ucapan yang dilontarkan Habibie saat itu diikuti dengan gelak tawa.